Selasa 04 May 2021 17:16 WIB

Rupiah Menguat di Tengah Pelemahan Mata Uang Kawasan

Sore ini rupiah ditutup menguat ke posisi Rp 14.430 per dolar AS.

Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing. ilustrasi
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (4/5) sore ditutup menguat sendirian di tengah pelemahan mata uang kawasan Asia. Rupiah ditutup menguat 20 poin atau 0,14 persen ke posisi Rp 14.430 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.450 per dolar AS.

"Penguatan rupiah kemungkinan karena data ekonomi Indonesia yang menunjukkan perbaikan yaitu data aktivitas manufaktur bukan April yang meninggi dibandingkan bulan Maret. Selain itu, mungkin juga karena kasus Covid-19 di Indonesia yang masih terkendali walaupun menunjukkan sedikit kenaikan," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (4/5).

PMI manufaktur Indonesia pada April 2021 mencapai 54,6, rekor tertinggi sepanjang sejarah yang sebelumnya dicapai pada Maret lalu 53,2. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan hari ini dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya karena investor mencerna komentar optimis Gubernur Federal Reserve (Fed)Jerome Powell tentang ekonomi Negeri Paman Sam.

"Powell mengatakan pada bahwa ekonomi AS secara bertahap pulih dari Covid-19, tetapi memperingatkan bahwa ekonomi AS belum keluar dari masalah," ujar Ibrahim.

Fokus investor saat ini adalah pada angka layanan yang akan dirilis pada Rabu (5/5) dan data penggajian pada Jumat dan pasar tampak seimbang. Beberapa analis mengatakan angka yang kuat dapat meningkatkan dolar dengan membawa ekspektasi ke depan untuk suku bunga yang lebih tinggi, sementara yang lain berpendapat bahwa ekonomi AS yang kuat akan membebani mata uang karena impor meningkat dan defisit perdagangan tumbuh.

AS juga merilis Indeks Manajer Pembelian Manufaktur Institute of Supply Management (ISM) yang lebih rendah dari perkiraan pada yaitu 60,7 untuk April. Kekurangan input terhadap permintaan yang terpendam karena tingkat vaksinasi Covid-19 meningkat dan langkah-langkah stimulus AS lebih lanjut diusulkan, menyebabkan penurunan indeks yang mengejutkan.

Investor sekarang mencari data lebih lanjut yang akan dirilis akhir pekan ini termasuk neraca perdagangan AS dan laporan ketenagakerjaan AS April.

Beberapa investor menyarankan bahwa angka yang kuat dapat meningkatkan dolar dengan membawa ekspektasi ke depan untuk suku bunga yang lebih tinggi, sementara yang lain berpendapat bahwa ekonomi AS yang kuat akan membebani dolar karena impor naik dan defisit perdagangan tumbuh.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang lainnya saat ini berada di posisi 91,34, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 90,95.Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kini berada di level 1,615 persen, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,606 persen.Rupiah pada pagi hari dibuka stagnan di posisi Rp14.450 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.415 per dolar AS hingga Rp14.452 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menguat menjadi Rp14.431 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.467 per dolar AS.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement