REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menegaskan, keputusan partai beringin mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon presiden sudah bulat. Sehingga, Ace menegaskan, Golkar tidak akan menggelar konvensi untuk menentukan kandidat dalam Pilpres 2024.
“Tidak ada konvensi. Desakan yang meminta Pak Airlangga untuk menjadi capres (di internal Golkar) sudah sangat kuat,” kata Ace saat menghadiri rilis survei nasional Indikator Politik Indonesia bertema Persepsi Ekonomi dan Politik Jelang Lebaran, Selasa (4/5). Pernyataan Ace sekaligus menegaskan jika Partai Golkar satu suara mengusung Airlangga sebagai calon presiden.
Menurut Ace, sosialisasi Airlangga yang kini menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPN) itu sebagai calon presiden telah dilakukan.
Di sisi lain, Ace memastikan, perkembangan penanganan pandemi yang semakin membaik tak dimanfaatkan Airlangga untuk meningkatkan citra positifnya sebagai calon presiden. “Beliau itu (Airlangga) sangat profesional. Beliau pernah menyatakan, ‘saya akan lebih konsentrasi menjadi ketua penanganan Covid-19, itu lebih penting’,” kata Ace.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, dalam temuan survei Indikator, sebanyak 65,7 persen masyarakat menyatakan sangat puas dengan penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah.
Prestasi tersebut, menurut Burhanuddin, seharusnya menjadi insentif elektoral untuk Airlangga yang bertindak sebagai Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. “Airlangga sebagai ketua komite penanganan covid plus menteri koordinator seharusnya yang paling berhak mendapatkan insentif elektoral,” jelas Burhanuddin.
Namun, Burhanuddin mengingatkan, sosialisasi mengenai profil Airlangga sebagai calon presiden dan keterkaitannya dengan keberhasilan penanganan Covid-19 harus semakin ditingkatkan. Ini demi memaksimalkan insentif elektoral tersebut.
“Dalam politik elektoral, kalau masyarakat tidak tahu bahwa Airlangga itu ketua komite, insentif elektoralnya tidak bisa didapatkan. Bisa-bisa masyarakat memberikan insentif elektoralnya kepada yang lain, yang mungkin lebih kelihatan,” kata Burhanuddin.
Pada catatan lain, Indikator menemukan jika elektabiltas Airlangga sudah mencapai 1 persen. Kendati masih rendah, Burhanuddin menilai sudah terlihat tren peningkatan ketimbang kandidat lain.
“Jika dilihat lima besarnya, seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, juga Prabowo, trennya tidak bergerak. Stagnan. Ini peluang untuk nama lain. Semua masih punya kesempatan,” ungkap Burhanuddin.