Rabu 05 May 2021 09:50 WIB

Menanti Rilis Ekonomi, Resesi Diperkirakan Masih Ada

anareksa Research Institute memperkirakan pertumbuhan PDB minus 1,24 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung melihat produk umkm yang dipamerkan pada Festival Halal di Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (10/4). anareksa Research Institute memperkirakan pertumbuhan PDB kuartal I 2021 masih minus 1,24 persen.
Foto: ANTARA/Budi Candra Setya
Pengunjung melihat produk umkm yang dipamerkan pada Festival Halal di Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (10/4). anareksa Research Institute memperkirakan pertumbuhan PDB kuartal I 2021 masih minus 1,24 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2021. Sejumlah pihak memproyeksikan Indonesia masih mengalami resesi pada periode Januari sampai Maret 2021 karena perekonomian yang mengalami kontraksi atau minus.

Danareksa Research Institute memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I 2021 sebesar minus 1,24 persen qoq atau minus 1,03 persen yoy. Secara tahunan, PDB diperkirakan mencapai 3,39 persen sampai 4,31 persen.

Dari riset PDB kuartal I 2021 yang disusun oleh Moekti P Soejachmoen, Muhammad Ikbal Iskandar, dan Sella F Anindita, pemulihan ekonomi yang lemah mencerminkan konsumsi rumah tangga yang lesu di tengah pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan pencairan dana dari program perlindungan sosial.

"Selain itu, investasi dan ekspor menunjukkan pertumbuhan terbatas sementara impor mulai pulih pada kuartal pertama 2021," tulis Danareksa seperti dikutip Rabu (5/5).

Terkait dengan PDB dalam jangka menengah, Danareksa melihat pemulihan ekonomi yang diperkirakan melambat tetapi masih berada pada zona positif dalam beberapa periode mendatang sangat dipengaruhi tiga faktor. Pertama, kurva kasus harian Covid-19 yang mendatar sejak Februari 2021. 

Kedua, program vaksinasi terus digulirkan dengan persentase penduduk yang divaksinasi lengkap sebesar 1,34 persen dari total penduduk. Ketiga, pertumbuhan investasi berpotensi meningkat terutama bidang infrastruktur yang didorong oleh pembentukan Indonesia Investment Authority.

Di tengah potensi perbaikan di atas, volume perdagangan berpotensi turun pada kuartal berikutnya didorong oleh gelombang kedua kasus Covid-19 di India, terutama ekspor minyak sawit karena mencakup 17 persen dari total ekspor sawit.

Sementara Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia Teuku Riefky memperkirakan, pertumbuhan PDB  pada kuartal I 2021 sebesar minus 0,6 persen. Angka ini menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu 2,97 persen.

“Namun jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, perekonomian pada tiga bulan tahun ini mulai menunjukkan perbaikan. Pada kuartal IV 2020, pertumbuhan ekonomi minus 2,19 persen,” ucapnya.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan komponen utama pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran kuartal I 2021 akan tetap lesu secara tahunan.

"Kami memperkirakan konsumsi rumah tangga tahunan akan mengalami kontraksi pada laju yang rendah dibandingkan kuartal IV 2021 ditopang perbaikan kepercayaan konsumen akibat rilis vaksin Covid-19 dan insentif pajak," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement