Rabu 05 May 2021 12:49 WIB

Ahli Ungkap Efektivitas Vape Bagi yang Mau Berhenti Merokok

Vape disebut efektif bagi yang ingin berhenti merokok.

Ahli Ungkap Efektivitas Vape Bagi yang Mau Berhenti Merokok. Foto:   Pembatasan merokok bagi anak-anak (ilustrasi).
Foto: Antara
Ahli Ungkap Efektivitas Vape Bagi yang Mau Berhenti Merokok. Foto: Pembatasan merokok bagi anak-anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Riset yang menunjukkan efektivitas rokok elektrik atau vape sebagai alat bantu berhenti merokok terus bertambah. Terbaru, sebuah studi dari The University of Queensland, Australia, menyatakan bahwa rokok elektrik 50 persen lebih efektif daripada terapi pengganti nikotin (NRT) dalam membantu perokok konvensional yang ingin berhenti. 

Studi pustaka ini menyaring lebih dari 5700 riset dan didanai oleh Pemerintah Australia. Studi menemukan 83 persen partisipan yang menggunakan rokok elektrik memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk berhenti merokok dibandingkan mereka yang disodorkan NRT. Selain itu, hanya 9 persen dari mereka yang melanjutkan penggunaan NRT.

Baca Juga

“Rokok elektrik lebih efektif daripada produk NRT, karena rokok elektrik mengantarkan nikotin dengan jumlah sedikit untuk meringankan gejala putus obat. Selain itu, rokok elektrik juga memberikan pengalaman perilaku dan sensoris yang serupa dengan rokok konvensional,” kata Dr. Gary Chan dari National Centre for Youth Substance Use Research, The University of Queensland dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/5).

Dikutip dari studi yang sama, sebagian besar pustaka yang diamati masih menggunakan rokok elektrik keluaran awal sebagai objek penelitian. Ini artinya, ada kemungkinan rokok elektrik keluaran terbaru yang mampu mengantarkan nikotin dengan lebih efisien dapat lebih efektif dalam mengurangi keinginan pengguna kembali merokok.

Riset HPTL di Indonesia masih kurang

Walaupun pengguna HPTL terus meningkat, dan banyak perokok yang ingin berhenti, studi mengenai produk HPTL di Indonesia masih sangat terbatas. Akibatnya, mereka yang ingin berhenti merokok tidak memiliki informasi yang akurat mengenai pilihan yang lebih rendah risiko.

Padahal, laporan The Global State of Tobacco Harm Reduction (GSTHR) yang terbit pada 18 April 2021, 48,6 persen perokok di Indonesia ingin berhenti merokok. Sayangnya, jika menilik dari data yang dimiliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS), persentase perokok Indonesia hanya berhasil turun 0,3 persen menjadi 28,7 persen pada 2020. Peralihan ke produk HPTL juga terbilang lamban di Indonesia, di mana menurut laporan GSTHR jumlah pengguna HPTL baru mencapai satu (1) persen saja. Edukasi menyeluruh mengenai guna produk dan risiko masih perlu ditingkatkan. Di sisi lain, riset terkait produk HPTL yang sudah beredar juga perlu disosialisasikan dengan lebih optimal. 

Hal ini diamini Prof. Kholil, Guru Besar Universitas Sahid Jakarta, yang ikut meneliti pengguna produk tembakau alternatif. Pada studinya, Prof. Kholil melihat bahwa sebagian besar perokok dewasa belum familier dengan produk tembakau alternatif, ataupun mengenali manfaat produk yang mampu meminimalkan risiko akibat merokok. 

"Riset serupa perlu untuk terus dikembangkan, tidak hanya dari sisi perilaku pengguna, akan tetapi juga dari sisi produk dan kandungan di dalamnya, guna memastikan cita-cita menekan angka perokok dapat dicapai," kata Kholil.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement