Rabu 05 May 2021 15:35 WIB

Dokter Hingga Pelajar Dilatih di Kamp Militer Hutan Myanmar

Para aktivis tolak kudeta dilatih untuk mempertahankan diri dari Tatmadaw.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.
Foto: Transborder News via AP
Dalam gambar yang dibuat dari video oleh Transborder News ini, asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand pada Selasa, 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada hari Selasa dalam apa yang mewakili peningkatan moral tindakan bagi mereka yang menentang pengambilalihan militer atas pemerintah sipil negara pada bulan Februari.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Puluhan anggota Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) melarikan diri ke hutan untuk berlatih menggunakan senjata dalam upaya melawan junta. Mereka merangkak berlatih di sepanjang jalur hutan di sebuah desa kecil di dalam hutan Myanmar. Skenario penyergapan sudah dibuat, dan ancamannya adalah junta yang merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari.

CDM menyebabkan ribuan pekerja kerah putih dan biru, termasuk petugas medis dan guru, serta insinyur dan pekerja pabrik, meninggalkan pekerjaan mereka untuk bergerak dalam perlawanan terhadap kudeta.

Baca Juga

Kini mereka ingin tahu bagaimana mempertahankan diri dari Tatmadaw yang terus menembak mati orang di jalan, mengerahkan granat dan mortir berpeluncur roket terhadap warganya sendiri, dan memburu mereka yang dicari untuk ditangkap di malam hari mengerikan. Mereka yang melarikan diri melakukan perjalanan ke daerah perbatasan yang dikuasai kelompok etnis bersenjata untuk diajari cara menembakkan senjata.

Para aktivis dilatih oleh Mayor Jenderal Nerdah Bo Mya yang merupakan  kepala staf Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO), salah satu dari dua sayap bersenjata dari Serikat Nasional Karen (KNU). Kelompok ini merupakan kelompok pemberontak tertua di Myanmar yang mengklaim melindungi etnis minoritas suku Karen di negara bagian Karen tenggara.

Dia mengepalai program pelatihan dasar gratis. "Ini adalah tanggung jawab untuk melindungi kehidupan. Jika kita tidak melatih mereka, siapa yang akan membantu mereka?" ujar Bo Mya dikutip laman CNN, Rabu (5/5).

Taktik kekerasan yang semakin meningkat yang digunakan terhadap pengunjuk rasa telah menyebabkan lebih dari 760 orang gugur. Namun jumlah kematian sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

Bo Mya mengatakan tidak satu pun dari 200 pengunjuk rasa anti-kudeta yang pernah dia latih pernah memegang senjata sebelumnya dan banyak yang masih kuliah. "Mereka cukup muda, usia mereka sekitar 24, 25, dan beberapa adalah perawat dan juga beberapa dokter dan staf medis," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement