Kamis 06 May 2021 06:15 WIB

Media Inggris Sorot Kasus Tes Rapid Bekas di Kualanamu

Ada 9.000-an penumpang di Bandara Kualanamu dites dengan alat usap bekas.

Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Kimia Farma Medan Kartini Tissi Liskawini Putri (kiri) bersama Direktur Utama PT Kimia Farma Diagnostika Adil Fadilah Bulqini (kanan) menunjukkan contoh alat swab antigen kepada wartawan saat konferensi pers di Lantai Mezzanine Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Sumatra Utara, Rabu (28/4/2021). Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sumatra Utara menggerebek pelayanan rapid tes antigen yang diduga memakai alat bekas dan mengamankan lima orang pegawai yang bertugas pada Selasa (27/4) lalu.
Foto: ANTARA/Adiva Niki
Dokter Penanggung Jawab Laboratorium Kimia Farma Medan Kartini Tissi Liskawini Putri (kiri) bersama Direktur Utama PT Kimia Farma Diagnostika Adil Fadilah Bulqini (kanan) menunjukkan contoh alat swab antigen kepada wartawan saat konferensi pers di Lantai Mezzanine Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Sumatra Utara, Rabu (28/4/2021). Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sumatra Utara menggerebek pelayanan rapid tes antigen yang diduga memakai alat bekas dan mengamankan lima orang pegawai yang bertugas pada Selasa (27/4) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON --- Kasus penggunaan alat bekas pakai tes rapid antigen di Bandara Kualanamu menjadi perhatian sejumlah media asing, termasuk BBC yang bermarkas di London, Inggris. 

Mengutip pernyataan polisi, BBC pada Rabu (5 Mei) menulis hingga 9.000 penumpang di Bandara Kualanamu Medan telah dites dengan alat usap bekas.

BBC menyatakan, perusahaan milik negara, Kimia Farma, kini dikabarkan menghadapi potensi gugatan yang diluncurkan atas nama para pemudik.

Polisi merasa yakin penipuan itu terjadi sejak Desember 2020 melibatkan oknum pegawai Kimia Farma yang kini dipecat.

Penumpang diharuskan memiliki tes negatif jika mereka ingin terbang dan bandara menawarkan opsi untuk menyelesaikan penyeka di lokasi. Otoritas bandara telah menggunakan alat tes cepat antigen yang dipasok oleh Kimia Farma.

Menyusul keluhan dari penumpang bahwa mereka telah menerima hasil tes positif palsu, polisi mengirim petugas yang menyamar sebagai penumpang.

Ketika mendapat hasil tes positif, petugas polisi lain masuk dan menggerebek lokasi tes, di mana mereka menemukan alat tes bekas yang telah didaur ulang.

Pekan lalu, lima karyawan Kimia Farma, termasuk manajer perusahaan Medan, ditangkap. Para tersangka dituduh melanggar hukum kesehatan dan konsumen dengan mencuci alat usap hidung dan mengemasnya kembali untuk dijual.

Media lokal mengatakan pihak berwenang telah mengumpulkan laporan dari 23 saksi dan sedang menyelidiki apakah keuntungan dari penipuan--diperkirakan sekitar Rp 1,8 miliar rupiah-- digunakan untuk mendanai pembangunan rumah mewah salah satu tersangka.

Kimia Farma, yang berkantor pusat di Jakarta, langsung memecat staf yang terlibat dan berjanji akan memperketat kontrol internal.

Menurut BBC, Ahad ini, dua pengacara yang sering terbang melalui Bandara Kualanamu dalam beberapa bulan terakhir, mengatakan berencana menuntut Kimia Farma, lapor South China Morning Post.

Dalam gugatan kolektif, mereka berharap mendapatkan Rp 1 miliar untuk setiap penumpang yang terkena dampak skema tersebut.

Awal pekan ini, pihak berwenang Indonesia mengatakan mereka telah mengidentifikasi dua kasus varian Covid baru yang pertama kali terlihat di India.

Bulan lalu, Jakarta berhenti mengeluarkan visa bagi WNA yang sudah berada di India dalam 14 hari sebelumnya.

Negara mayoritas Muslim ini juga melarang perjalanan domestik pada akhir Ramadhan bulan ini dan memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.

BBC menulis Indonesia telah mengalami salah satu wabah Covid terburuk di Asia, dan secara keseluruhan telah mencatat sekitar 1,7 juta kasus positif serta lebih dari 46 ribu kematian terkait dengan pandemi.

 

sumber : BBC
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement