REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah laporan baru yang dirilis Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkapkan, penarikan koalisi militer yang dipimpin AS dari Afghanistan berpotensi mengancam hak-hak perempuan di negara itu.
"Jika Taliban dapat kembali memperoleh kekuasaan, mereka akan memundurkan kembali sebagian besar kemajuan yang sudah dibangun dua dekade terakhir," kata penilaian oleh Dewan Intelijen Nasional AS.
Laporan dua halaman itu merujuk pada perlakuan kasar terhadap wanita dan anak perempuan di bawah aturan Taliban tahun 1996-2001, di mana sebagian besar wanita dikurung di rumah dan anak perempuan tidak memiliki akses ke pendidikan. Wanita dilarang keluar rumah tanpa ditemani anggota keluarga laki-laki.
Detik-detik terakhir keberadaan pasukan AS
Presiden Joe Biden telah menetapkan batas waktu penarikan seluruh pasukan AS dari Afghanistan pada September mendatang. Pemerintahan Biden juga berjanji tidak akan mengakhiri keterlibatan mereka dengan Afghanistan atau advokasi hak asasi manusia.
Pada bulan lalu, Taliban mengeluarkan pernyataan bahwa wanita dapat melayani masyarakat mereka dalam bidang pendidikan, bisnis, kesehatan, dan sosial sambil mempertahankan pemakaian jilbab yang benar.
Namun, laporan AS menyoroti pergantian kepemimpinan di Taliban, menunjukkan tingkat skeptisisme tentang janji tersebut.
https://www.dw.com/id/jika-kembali-berkuasa-taliban-akan-cabut-hak-hak-perempuan/a-57432080