REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kedutaan besar Amerika Serikat di China menghadapi masalah setelah unggahan di media sosialnya tentang aplikasi visa pelajar menyinggung para netizen China. Masalah itu terjadi saat awal kembalinya aplikasi visa pelajar di kedutaan besar dan kantor-kantor misi AS di China pekan ini.
Netizen mengkritik unggahan media sosial kedutaan AS yang mereka tafsirkan sebagai tindakan menyamakan siswa China dengan anjing.
Dalam layanan media sosial Weibo pada Rabu (5/5), bagian visa kedutaan AS di China bertanya kepada para pelajar China apa yang mereka tunggu setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden melonggarkan pembatasan. "Musim semi telah tiba dan bunga-bunga bermekaran. Apakah kamu seperti anjing ini yang tidak sabar untuk keluar dan bermain?" kata unggahan Kedubes AS dalam bahasa Mandarin, yang disertai dengan video anak anjing yang bersemangat mencoba memanjat gerbang pengaman.
Namun, unggahan tersebut mendapat reaksi marah dari beberapa pengguna Weibo, yang merasa perbandingan tersebut tidak pantas, dan kemudian unggahan itu dihapus. "Apakah ini humor Amerika? Saya yakin mereka sengaja melakukannya!" tulis seorang pengguna Weibo. "Anjing dalam budaya Amerika pada dasarnya memiliki arti positif, tetapi dalam budaya dan idiom China, kebanyakan bersifat negatif," tulis seorang pengguna lain.
Beberapa pengguna lain menyindir bahwa "guru" (merujuk pada AS) memanggil para siswa (China) kembali ke Amerika Serikat.The Global Times, sebuah tabloid berbahasa Inggris yang dijalankan oleh media People's Daily milik Partai Komunis China, juga mengutip warganet yang mengatakan bahwa unggahan itu adalah suatu bentuk "rasialisme terang-terangan".
Seorang juru bicara kedutaan besar AS di Beijing mengeluarkan permintaan maaf pada Kamis pagi kepada siapa pun yang tersinggung oleh komentar dalam unggahan tersebut. "Unggahan media sosial yang dipertanyakan itu dimaksudkan untuk menjadi unsur periang dan humoris," kata jubir kedubes AS itu.
Baca juga : Kisah Masjid Moorish dengan Taman Mawar di India
"Kami segera menurunkannya ketika kami melihat hal itu tidak diterima dalam semangat yang kami maksudkan," katanya.
Ini bukan pertama kalinya pernyataan terkait hewan memicu reaksi keras di China. Pada 2019, seorang ekonom senior dari UBS diberhentikan setelah komentarnya tentang babi di China dianggap oleh beberapa orang sebagai penghinaan rasial. Namun, dia kemudian dipekerjakan kembali.
Seperti diketahui, mantan presiden AS Donald Trump, yang masa jabatannya ditandai dengan hubungan tegang dengan Beijing, pada Januari tahun lalu telah melarang hampir semua warga negara non-AS di China untuk memasuki Amerika Serikat setelah merebaknya wabah virus corona.