Kamis 06 May 2021 15:01 WIB

Kelompok Anti-Kudeta Myanmar Bentuk Pasukan Pertahanan

Pasukan akan melindungi para pendukung dari serangan militer pemerintah Myanmar

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Pengunjuk rasa anti-kudeta memberikan hormat tiga jari terhadap pembangkangan selama demonstrasi di Yangon, Myanmar pada hari Selasa 27 April 2021.
Foto:

Seorang juru bicara pemerintah militer tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar. Militer memerintah Myanmar dari tahun 1962 hingga 2011, sebelum meluncurkan transisi tentatif menuju demokrasi dan reformasi ekonomi besar-besaran.

Tentara Myanmar adalah salah satu pasukan yang paling tangguh dalam pertempuran di kawasan itu. Meskipun demikian, lawan-lawannya di beberapa tempat telah menggunakan senjata kasar untuk melawan pasukan. Sementara yang lain melakukan latihan dengan tentara etnis, yang telah berperang dengan militer sejak kemerdekaan pada 1948.

Di Mandalay, ratusan orang mengendarai motor dan berbaris untuk mengecam militer. Mereka menuntut agar militer menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Protes serupa juga dilaporkan di kota-kota Monywa dan Shewebo di wilayah Sagaing, serta di Hpakant di Negara Bagian Kachin. Aksi protes juga digelar di distrik Bahan, Yangon. Sementara, mahasiswa memasang tanda pro-NUG di Yangon's West University.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyatakan, aksi protes yang berujung pada kekerasan telah menewaskan 760 warga sipil. Militer membantah angka yang dirilis oleh AAPP. Militer mengakui 248 kematian pada pertengahan April. Selain itu,  24 polisi dan tentara telah tewas dalam protes tersebut.

Media independen tidak dapat memverifikasi korban karena pembatasan yang dilakukan oleh penguasa militer. Banyak wartawan juga termasuk di antara ribuan orang yang telah ditahan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement