REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani menyoroti terkait temuan varian baru covid asal Inggris, India, dan Afrika Selatan yang sudah masuk ke Indonesia. Ia mengingatkan pemerintah untuk tidak menganggap remeh kemunculan varian baru covid-19.
"Tentu hal ini tidak bisa dipandang remeh dan dipandang sebelah mata karena kita melihat bagaimana situasi yang terjadi yang sering disebut tsunami pandemi di India," kata Netty di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (6/4).
Terlebih lagi kondisi tersebut diperparah dengan kemunculan mafia karantina di bandara yang melibatkan sejumlah pegawai bandara. Dirinya meminta penegak hukum membongkar mafia yang ada di bandara.
"Termasuk juga mafia swab antigen bekas di bandara Kualanamu tentu ini mencederai kemanusiaan rakyat indonesia, ini kejahatan kemanusiaan," ujarnya.
Selain itu, menyikapi kebijakan larangan mudik, politikus PKS itu mengimbau pemerintah mempersiapkan skenario terburuk yang sangat mungkin terjadi pasca hari raya idul fitri. Dirinya juga meminta pemerintah melalui pimpinan untuk memperkuat sistem dan kesiapsiagaan sistem layanan kesehatan saat ini.
"Perlindungan dan insentif bagi nakes harus diberikan karena memang mereka adalah garda terdepan dan benteng terakhir dalam hal ini," ucapnya.
Sementara itu Anggota Komisi III DPR, Didi Irawadi Syamsuddin berharap DPR ikut memantau mengingatkan pemerintah agar penanganan mudik ini bisa berlangsung dengan baik. Menurutnya jangan sampai terjadi praktik-praktik yang kurang amanah di lapangan oleh oknum-oknum petugas dan penegak hukum di lapangan.
"Karena kita menyadari dampak Covid-19 ini luar biasa apalagi tadi ada rekan lain yang menyampaikan gelombang kedua di India dan beberapa negara lain ini tentu ancaman bagi kita apalagi ekonomi negara ini saat ini masih sangat sulit," tuturnya.
Peristiwa yang terjadi di Bandara Kualanamu menjadi peringatan bahwa masih ada oknum aparat yang kurang amanah. "Itu yang ketahuan, saya tidak tahu di daerah lain ada atau tidak tapi itu yang ketauan," katanya.