Kamis 06 May 2021 20:28 WIB

Keistimewaan Orang Tua yang Disegani Hatim Ath Thai

Hatim Ath Thai dikenal dermawan namun dia menghormati seorang yang mandiri

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Hatim Ath Thai dikenal dermawan namun dia menghormati seorang yang mandiri. Ilustrasi Padang Pasir
Foto: Pixabay
Hatim Ath Thai dikenal dermawan namun dia menghormati seorang yang mandiri. Ilustrasi Padang Pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Ada sebuah kejadian nyata yang menunjukkan bahwa hidup hemat adalah penyebab kemuliaan dan kesempurnaan. Kejadian ini mengkisahkan seorang dermawan yang mulia, yakni Hatim Ath Thai.

Seperti diceritakan dalam buku “Misteri Puasa, hemat & Syukur” karya Badiuzzaman Said Nursi, pda suatu hari Hatim Ath Tha’i mengadakan sebuah jamuan. Ia memberikan berbagai hadiah berharga kepada para tamunya. Lalu, ia pun keluar berjalan-jalan di padang pasir.

Baca Juga

Di tengah jalan, Hatim Ath Thai tiba-tiba melihat seorang lelaki tua miskin sedang memikul beban berat berupa kayu, ranting, dan duri-durian di pundaknya. Sementara, darah mengucur dari sebagian tubuhnya.

Tak tinggal diam, Hatim Ath Thai segera memanggil orang tua tersebut dan berkata, “Wahai orang tua, hari ini Hatim Ath Thai sedang menyelenggarakan jamuan besar dan membagi-bagikan hadiah berharga. Cepatlah pergi ke sana, barangkali engkau juga mendapatkan harta yang  nilainya berkali-kali lipat lebih banyak daripada apa yang kau dapatkan dari  beban yang kau pikul itu!”

Namun orang tua yang hemat tadi berkata, “Aku akan memikul barang ini dengan kehormatan diriku. Aku tidak mau menjatuhkan harga diriku untuk mendapatkan pemberian Hatim Ath Thai.”

Ketika pada suatu hari Hatim Ath Tha’i ditanya, “Siapakah orang yang lebih mulia darimu?”

Ia pun menjawab, “Orang tua sederhana yang aku temui di padang pasir. Aku saksikan orang tua tersebut betul-betul lebih mulia daripada diriku.”

n.Muhyiddin

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement