Kamis 06 May 2021 23:15 WIB

Mudik Dilarang, Staycation Masih Diminati

Sejauh ini tren staycation dan road trip masih bertahan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Staycation disebut jadi primadona setelah lama tak berlibur selama pandemi Covid-19 (Foto: ilustrasi liburan staycation)
Foto: Pxfuel
Staycation disebut jadi primadona setelah lama tak berlibur selama pandemi Covid-19 (Foto: ilustrasi liburan staycation)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kebijakan larangan mudik untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 membuat masyarakat tak bisa leluasa pulang kampung. Namun staycation sebagai alternatif liburan masih diminati.

Head of Corporate Communications Traveloka, Reza Amirul Juniarshah, mengatakan sejauh ini tren staycation dan road trip masih bertahan. "Bersyukur tren ini sejalan dengan arahan pemerintah (untuk tidak mudik)," katanya dalam media gathering virtual, Kamis.

Baca Juga

Konsumen, ujarnya, bisa memilih mana akomodasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka sembari menyaring mana tempat yang sudah menerapkan protokol kesehatan melalui fitur yang tersedia untuk memberi kenyamanan di tengah pandemi. Sementara untuk road trip, kota-kota yang diminati biasanya tak seberapa jauh dengan kediaman konsumen.

Tempat yang digandrungi adalah tempat yang bisa ditempuh dalam kurun beberapa jam menggunakan kendaraan pribadi. Konsumen juga punya pilihan untuk berlibur tanpa harus ke tempat jauh dengan memanfaatkan fitur lain untuk melepas penat, seperti mencari restoran dengan hidangan lezat atau salon untuk merawat diri.

Traveloka menegaskan pihaknya akan selalu mendukung kebijakan pemerintah untuk bersama-sama berusaha memutus rantai penularan virus corona. "Kita anjurkan jangan melanggar kebijakan pemerintah," ujarnya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengimbau masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan ketat menjelang Idul Fitri. "Kita harus terus sosialisasi dan edukasi sentra ekonomi kreatif maupun destinasi wisata daerah tujuan wisata untuk mengadaptasi protokol kesehatan ketat dan disiplin," kata Sandiaga kepada Antara, Rabu (5/5).

"Memang dampaknya (penurunan kunjungan ke tempat wisata) prihatin, pasti ada penurunan. Tapi saya yakin dengan adanya adaptasi kita justru membuka peluang pariwisata era baru," ujarnya menambahkan.

Sandi juga mengingatkan kepada pengelola tempat wisata di berbagai daerah menjalankan protokol kesehatan ketat agar angka Covid-19 tidak naik setelah lebaran. Dia menegaskan pentingnya melaksanakan protokol kesehatan ketat khususnya saat liburan Idul Fitri yang berpotensi menimbulkan kerumunan di berbagai tempat. Tujuannya agar Indonesia tidak mengalami gelombang ketiga pandemi Covid-19 seperti yang sekarang sedang melanda India.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement