REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada kuartal I 2021, PT Bank Mega Tbk membukukan pertumbuhan laba bersih 11,6 persen (yoy) menjadi Rp 747 miliar dari periode kuartal satu 2020 sebesar Rp 669 miliar. Sedangkan laba sebelum pajak tumbuh 15,3 persen (yoy) menjadi Rp 923 miliar dari posisi sebelumnya sebesar Rp 801 miliar.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan pertumbuhan laba tersebut diperoleh dari pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) yang naik sebesar 17,8 persen (yoy) menjadi Rp 1,2 triliun dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 989 miliar.
“Selain pendapatan bunga bersih, pendapatan laba Bank Mega karena menurunnya biaya operasional sebesar 22,6 persen (yoy) menjadi Rp 686 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 887 miliar”, ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (7/5).
Pada Maret 2021, total aset sedikit turun sebesar minus 0,5 persen (ytd) menjadi Rp 111,6 triliun dari posisi akhir 2020 sebesar Rp 112,2 triliun. Kemudian penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) turun sebesar minus 0,9 persen (ytd) menjadi Rp 78,5 triliun dari posisi akhir 2020 sebesar Rp 79,2 triliun.
Namun demikian secara komposisi, rasio CASA Bank Mega pada Maret 2021 membaik menjadi 31 persen dibandingkan pada akhir 2020 sebesar 28 persen.
“Membaiknya rasio CASA ditopang oleh giro tumbuh 25,6 persen (YTD) menjadi Rp 10,7 triliun pada Maret 2021 dari posisi akhir 2020 sebesar Rp 8,5 triliun,” ucapnya.