REPUBLIKA.CO.ID, MALE -- Mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed sedang menjalani operasi setelah terkena pecahan bom yang meledak di depan rumahnya. Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan bom di Ibukota Male, Kamis (6/5) kemarin.
Ledakan ini memicu kekhawatiran mengenai lemahnya keamanan di pulau tropis yang dikenal sebagai tempat liburan mewah.
Nasheed yang kini menjabat sebagai ketua parlemen, hendak masuk ke dalam mobilnya saat ledakan terjadi. Media lokal melaporkan bom rakitan ditanam di sepeda motor yang diparkir dekat mobilnya.
Ia segera dilarikan ke rumah sakit untuk mengobati luka-lukanya. "Kondisinya stabil, operasi sedang berlangsung," kata juru bicara Partai Demokrat Maldivian (MDP) yang dipimpin Nasheed, Jumat (7/5).
Negara Kepulauan itu dikenal dengan gejolak politik dan kekerasan milisi ekstremis muslim. Pada tahun 2015 lalu mantan presiden Abdulla Yameen berhasil melolos tak terluka usai speed boatnya sengaja diledakan.
Sementara itu pada 2007 milisi bersenjata melakukan serangan bom yang mengincar turis asing dan melukai 12 orang. Presiden Ibrahim Mohammed Solih yang juga sekutu dekat Nasheed mengatakan ledakan yang mengincar mantan presiden itu serangan terhadap 'demokrasi dan ekonomi'.