REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Sekretariat Presiden (Kasetpres) Heru Budi Hartono menjelaskan kejadian Gubernur Maluku Irjen (Purn) Murad Ismail yang berteriak dengan nada tinggi kepada seorang protokoler Istana Kepresidenan saat kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal itu disebabkan kesalahpahaman, sehingga tak perlu dibesar-besarkan.
"Itu hanya kesalahpahaman saja, tidak perlu dibesar-besarkan. Saat itu juga sudah diselesaikan dan tidak ada permasalahan," ujar Heru saat dikonfirmasi mengenai kejadian tersebut yang terekam dalam sebuah video dan viral di media sosial di Jakarta, Jumat (7/4).
Insiden dalam video viral itu, kata Heru, terjadi ketika Presiden Jokowi sedang melakukan kunjungan kerja untuk menemui korban gempa di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku pada 29 Oktober 2019. Heru menjelaskan kesalahpahaman itu sudah diselesaikan dengan baik antara Gubernur Maluku dan protokoler Istana Kepresidenan selepas kejadian.
Saat ini, kata Heru, Gubernur Maluku beserta jajarannya sangat kooperatif apabila Presiden Jokowi berkunjung ke Provinsi Maluku dalam rangka kunjungan kerja. "Peristiwa ini terjadi tahun 2019 ketika Presiden meninjau gempa di Maluku. Gubernur Maluku dan jajarannya sangat koperatif jika Presiden berkunjung ke Maluku," tuturnya.
Heru menambahkan, saat itu Jokowi beserta Ibu Negara Iriana Jokowi meninjau posko pengungsian yang didirikan di Universitas Darussalam, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, setelah terjadi bencana gempa 6,5 skala Richter di wilayah tersebut pada 26 September 2019.
Jokowi dalam kunjungan itu memerintahkan jajarannya untuk mengalokasikan anggaran untuk memberikan bantuan kepada warga terdampak gempa. Jokowi memerintahkan untuk membangun kembali rumah yang rusak hingga roboh setelah gempa itu.
Video yang menayangkan Gubernur Maluku Murad Ismail marah dan membentak seorang perempuan beredar di media sosial.Dalam rekaman video yang dilihat, Jumat (7/5). Murad yang berbaju putih dan berkacamata tampak marah dan berteriak dengan nada tinggi kepada seorang perempuan yang disebut sebagai tim protokoler Istana.
Murad dikenal sebagai perwira tinggi Polri sebelum masuk ke arena politik. Dia pernah menjadi Kepala Korps Brimob Polri.