REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kepala Institut Penelitian Astronomi dan Geofisika Mesir Gad El-Kady mengatakan roket China yang sudah tak terkendali melintasi negara tersebut setiap hari. Roket terpantau pada ketinggian mulai dari 160 hingga 360 kilometer, tapi durasi penyeberangan tidak melebihi 3,5 menit.
Dalam sebuah wawancara televisi pada Kamis (6/5), El-Kady mengungkapkan roket China terakhir kali melewati Mesir pada hari itu, yakni sekitar pukul 05:34 waktu setempat. Dia menyebut masih terlalu dini untuk menentukan kapan puing-puing roket itu akan jatuh.
Roket itu mengorbit mengelilingi bumi setiap 90 menit dengan kecepatan 26.600 kilometer per jam. “Kami berharap perangkat kendali roket berfungsi ketika (roket) berada di dekat atmosfer bumi, kemudian tim China akan dapat mengendalikannya,” kata El-Kady.
Menurut dia, kegagalan mengendalikan roket dapat menyebabkan puing-puing berjatuhan dan menghancurkan desa atau daerah yang lebih luas. Pada 29 April, China meluncurkan modul tak berawak. Ia akan menjadi tempat tinggal bagi tiga anggota awak di stasiun luar angkasa permanen yang rencananya akan diselesaikan pada akhir 2022.
Modul tersebut, bernama Tianhe, diluncurkan pada Long March 5B, roket pembawa terbesar milik China. Berukuran 30 meter, Tianhe diyakini bakal menjadi salah satu puing ruang angkasa terbesar yang jatuh ke bumi dalam beberapa hari mendatang. Para ilmuwan khawatir, jika saat masuk kembali ke bumi roket tak terkendali, hal itu dapat menelan korban di wilayah jatuhnya puing.
Namun The Global Times, sebuah tabloid yang diterbitkan People’s Daily, surat kabar resmi Pemerintah Cina, meremehkan risiko tersebut. Menurutnya, puing-puing kemungkinan akan jatuh di perairan internasional.