Jumat 07 May 2021 18:58 WIB

Dubes RI Temui Ketua Parlemen Belgia Bahas Ragam Kerja Sama

Salah satu yang dibahas soal kelapa sawit.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Karta Raharja Ucu
Dubes RI Andri Hadi (kiri) dan Raja Belgia, Raja Phillipe
Foto: Dok. Royal Palace Belgium
Dubes RI Andri Hadi (kiri) dan Raja Belgia, Raja Phillipe

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Duta Besar RI untuk Kerajaan Belgia, Keharyapatihan Luksemburg, dan Uni Eropa (UE), Andri Hadi, melakukan pertemuan dengan Ketua Parlemen Federal Belgia, Eliane Tillieux, di kantor parlemen, Selasa (4/5) waktu setempat. Keduanya membahas soal hubungan bilateral kedua negara hingga berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama, termasuk soal kelapa sawit.

Dubes Andri mengapresiasi Pemerintah Belgia yang mendukung kerja sama global dalam penanganan Covid-19. Diketahui Belgia telah memberikan bantuan pendanaan sebesar 4 juta Euro kepada program COVAX-AMC.

"Indonesia memandang Belgia sebagai salah satu mitra kunci di Eropa," ujar Dubes Andri Hadi dalam rilis pers dari KBRI Brussels yang diterima Republika.co.id, Kamis (6/5).

Tillieux menyambut baik hubungan erat kedua negara selama ini. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia dan Belgia telah bermitra sangat dekat di beberapa bidang, termasuk dalam pengembangan industri pertahanan strategis. Seperti kerja sama baik antara PT Pindad dengan FN Herstal dan John Cockerill Defense. "Pada isu ketahanan pangan, Indonesia juga bekerja sama dengan Belgia untuk pengembangan ternak sapi jenis Belgian Blue di Bogor," ujar Dubes Andri.

Kerja sama kedua negara juga diharapkan dicapai melalui realisasi rencana pembentukan Little Bandung di Namur (kota di wilayah Wallonia, Belgia) dan Little Namur di Bandung yang telah diagendakan di bawah kerja sama Sister City antarkedua kota. Program tersebut akan menjadi media promosi bagi produk unggulan, budaya, dan wisata masing-masing kota.

Tillieux juga memberikan perhatian besar terhadap berbagai perkembangan di Indonesia dan kawasan ASEAN. Secara khusus, dalam pertemuan tersebut Dubes RI menyampaikan penyesalan atas penerbitan rancangan Royal Decree on Product Standards for Transport Fuels from Renewable Sources yang melarang penggunaan palm oil-based biofuels di Belgia mulai Januari 2022.

Terlebih, kata Dubes Andri, dokumen tersebut disusun dengan latar belakang tuduhan terhadap sawit sebagai penyebab deforestasi. "Minyak sawit tidak dapat serta-merta dikaitkan dengan isu deforestasi," ujar Dubes Andri.

Ia berkata, meski Indonesia merupakan produsen sawit yang besar, tingkat deforestasi Indonesia sangat jauh menurun dalam beberapa dekade terakhir. Pengakuan keberhasilan Indonesia dalam menangani deforestasi tecermin dari pendanaan global yang diterima Indonesia melalui mekanisme REDD+ (104 juta dolar AS dari the Green Climate Fund, 110 juta dolar AS dari the World Bank, dan 56 juta dolar AS dari Norwegia).

Upaya penanganan deforestasi tidak terlepas dari kerja sama dengan UE. Hingga kini, Indonesia merupakan satu-satunya negara mitra yang dapat menerbitkan lisensi FLEGT sehingga kayu dan produk kayu Indonesia dapat masuk UE secara lebih mudah.

"Melalui skema sertifikasi tersebut, komoditas kayu Indonesia tidak hanya legal, tetapi juga sustainable. Indonesia mengharapkan untuk meningkatkan ekspornya ke Eropa," ujar dia.

Menutup pertemuan, Dubes Andri dan Tillieux berkomitmen untuk juga terus mendorong peningkatan kerja sama antarparlemen. Hubungan erat parliament to parliament dinilai sangat strategis untuk mendukung pengembangan kemitraan Indonesia dan Belgia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement