REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Duta Besar Uni Eropa Nicolas Chapuis mengatakan perhimpunan Benua Biru tidak mencari eskalasi ketegangan dengan China. Dia menyebut perjanjian investasi yang macet antara kedua belah pihak tidak sedramatis yang dipikirkan berbagai pihak.
"Kami tidak mencari eskalasi, tapi tidak ada yang akan menghalangi Uni Eropa untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya di mana pun mereka mau," kata Chapuis kepada awak media di Beijing pada Jumat (7/5).
Dia menjelaskan situasi kesepakatan investasi antara Uni Eropa dan China tidak terlalu suram. “Situasinya tidak sedramatis yang diperkirakan orang. Kami masih bekerja sangat erat dengan Kementerian Perdagangan (China),” ujarnya.
Chapuis mengungkapkan tidak ada yang menghambat China meratifikasi kesepakatan sebelum Eropa. Dia berharap Beijing dapat melakukan hal tersebut. Namun ia mengerti, sebelum mengambil lanhgkah itu, ruang politik perlu dibuat agar Parlemen Eropa menyetujuinya. “Hari ini terlalu dini untuk mengatakan apakah ruang politik ini akan tersedia, cukup besar, cukup memadai,” ucapnya.
Pada Maret lalu, Uni Eropa memberlakukan sanksi signifikan pertamanya terhadap sejumlah pejabat China sejak 1989 atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang. Sanksi dijatuhkan dorongan Amerika Serikat (AS) untuk melawan kebijakan luar negeri Beijing.
China telah menyangkal tuduhan terkait dugaan pelanggaran HAM di Xinjiang. Merespons langkah Uni Eropa, Negeri Tirai Bambu kemudian memasukkan beberapa anggota parlemen dan entitas Uni Eropa ke daftar hitam. Kemajuan dalam kesepakatan investasi besar antara kedua belah pihak akhirnya terhenti akibat ketegangan tersebut.