Sabtu 08 May 2021 13:40 WIB

WHO Beri Persetujuan Bersyarat Penggunaan Darurat Sinopharm

WHO resmi memberikan persetujuan bersyarat untuk penggunaan darurat vaksin Sinopharm

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Vaksin Sinopharm.
Foto: EPA
Vaksin Sinopharm.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi memberikan persetujuan bersyarat untuk penggunaan darurat terhadap vaksin pencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dari Sinopharm. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan upaya untuk menanggulangi pandemi, di mana banyak negara yang masih kekurangan dosis vaksin.

Pemerintah Cina telah menyetujui sekitar lima vaksin dari perusahaan farmasi di negara itu untuk penggunaan darurat. Diantara vaksin yang telah banyak digunakan adalah Sinopharm dan Sinovac, yang juga disahkan penggunaannya di 45 negara, dengan 65 juta dosis telah diberikan.

Meski demikian, banyak negara yang masih merasa ragu untuk menggunakan vaksin tersebut karena belum mendapat pengakuan dari WHO. Sejauh ini, WHO telah mendaftarkan vaksin Pfizer / BioNTech, Astrazeneca-SK Bio, Serum Institute of India, vaksin Janssen untuk penggunaan darurat.

Vaksin dari perusahaan farmasi Cina mendapat pengakuan tertunda karena masalah terkait data. Pemerintah negara ini telah menunggu persetujuan badan kesehatan global untuk secara agresif mendorong vaksin diantara berbagai negara.

Vaksin Sinopharm diproduksi oleh Beijing Bio-Institute of Biological Products Co Ltd, anak perusahaan dari China National Biotec Group (CNBG). Vaksin ini diberikan dalam dua dosis, yang merupakan vaksin tidak aktif dan disebut sebagai Vaksin SARS-CoV-2 (Vero Cell).

Sinopharm menjadi vaksin pertama yang akan membawa monitor botol vaksin, di mana stiker kecil pada botol vaksin yang berubah warna saat vaksin terkena panas. Ini berguna memberi tahu petugas kesehatan apakah vaksin itu dapat digunakan dengan aman.

Namun, tingkat kemanjurannya di bawah tingkat kemanjuran vaksin WHO lainnya yang berada di kisaran 90 persen. WHO telah menyetujui penggunaan Sinopharm untuk anak usia 18 tahun ke atas, mengklarifikasi keraguan yang masih ada tentang penggunaannya untuk orang di atas 59 tahun.

Cina mendaftarkan vaksin untuk orang-orang dalam kelompok usia 18 hingga 59 tahun yang menimbulkan keraguan tentang kemanjurannya pada populasi warga lanjut usia. Beberapa orang dewasa yang lebih tua atau berusia di atas 60 tahun terdaftar dalam uji klinis, sehingga kemanjuran tidak dapat diperkirakan pada kelompok usia ini.

Meski demikian, WHO tidak merekomendasikan batas usia atas untuk vaksin karena data awal dan data imunogenisitas pendukung menunjukkan vaksin tersebut cenderung memiliki efek perlindungan pada orang tua. Belum ada alasan teoretis untuk meyakinkan bahwa vaksin Sinopharm memiliki profil keamanan yang berbeda pada populasi lebih tua dan muda.

“Penambahan vaksin ini berpotensi mempercepat akses vaksin COVID-19 dengan cepat bagi negara-negara yang ingin melindungi petugas kesehatan dan populasi yang berisiko,” ujar Mariangela Simão, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses Produk Kesehatan, dilansir One India, Sabtu (8/5).

Simão mengatakan agar Sinopharm berpartisipasi dalam COVAX, program vaksin WHO dan berkontribusi untuk tujuan distribusi vaksin lebih merata. Cina telah berkomitmen menyediakan 10 juta vaksin ke fasilitas program, namun selama ini tidak dapat mengirimkan karena membutuhkan persetujuan WHO terlebih dahulu.

“COVAX bertujuan untuk mengirim vaksin secara gratis ke 92 negara berpenghasilan rendah dan membantu 99 negara dan wilayah lain untuk mendapatkannya,” jelas Simão.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement