REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan tenaga kesehatan di Batam, Kepulauan Riau perlu ditambah untuk melayani pekerja migran Indonesia (PMI) yang tengah menjalani karantina dan perawatan Covid-19 sepulangnya dari Malaysia.
"Perlu tambahan tenaga kesehatan dan obat-obatan. Ini nanti disampaikan pada rapat di tingkat pusat," kata Tito, usai meninjau proses kedatangan PMI di Pelabuhan Internasional Batam Centre, Kota Batam Kepulauan Riau, Sabtu (8/5).
Menurut Menteri Dalam Negeri, solusinya adalah tambahan tenaga kesehatan dari daerah yang penularan Covid-19 relatif lebih sedikit. Ia menyampaikan, Batam memiliki fasilitas tempat karantina yang cukup untuk PMI yang negatif Covid-19.
Namun, yang jadi permasalahan yakni fasilitas untuk melayani PMI yang positif Covid-19, karena kapasitas di RSKI Pulau Galang terbatas, serta tambahan tenaga kesehatan dan obat-obatan.
Tito mengatakan angka kepulangan PMI ke Tanah Air menjelang Hari Raya Idul Fitri melonjak dan hingga saat ini. Apalagi Batam adalah satu-satunya pintu masuk PMI sehingga maka beban pemerintah daerah setempat menjadi tinggi.
"Di Batam kami lihat, informasi dari gubernur hampir 200-an orang masuk setiap hari," kata dia.
Setiap PMI yang masuk harus membawa surat yang menyatakan negatif Covid-19. Seluruh PMI yang positif Covid-19 kemudian dirawat di RSKI Pulau Galang. Sementara yang negatif pada swab pertama harus menjalani karantina selama lima hari, kemudian menjalani ets usap Covid-19 kedua. Apabila sudah negatif, baru bisa pulang ke kampung halamannya.