Ahad 09 May 2021 07:07 WIB

LSM Turki Kirim Ribuan Surat ke Pemimpin Wanita Dunia

Peringati hari wanita sedunia LSM Turki serukan aspirasi para wanita yang teraniaya

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Seorang wanita, mengenakan topeng berhias bendera Turki untuk membantu mengekang penyebaran virus corona, di dekat konsulat Prancis di Istanbul, Rabu, 28 Oktober 2020.
Foto: AP/Emrah Gurel
Seorang wanita, mengenakan topeng berhias bendera Turki untuk membantu mengekang penyebaran virus corona, di dekat konsulat Prancis di Istanbul, Rabu, 28 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON- Lembaga advokasi Hak Asasi Manusia dan sipil, Advocates Of Silenced Turkey (AST) melakukan gerakan kampanye menyuarakan aspirasi para wanita dan ibu-ibu di Turki yang teraniaya. Tujuannya agar suara kaum perempuan Turki yang dibungkam didengar oleh ribuan pemimpin wanita di dunia pada hari Wanita Sedunia pada 9 Mei 2021.

 

Baca Juga

"5.000 surat dan bunga untuk 5.000 pemimpin wanita di seluruh dunia mewakili suara bagi ribuan ibu yang teraniaya di Turki," seperti dikutip situs resmi AST, Sabtu (8/4).

 

AST menjelaskan langkah ini bertujuan agar suara para ibu dan wanita di Turki sampai ke para tokoh wanita dunia. Sukarelawan AST di berbagai negara seperti di Amerika, Brasil, Albania, negara-negara Eropa, dan Asia berupaya menjangkau ribuan wanita di seluruh dunia. Selain bunga, AST juga mengirimkan surat dari ibu-ibu di Turki.

 

"Perempuan Turki selalu didiskriminasi, ditundukkan, dan ditindas. Terutama para ibu harus membayar harga konflik dan penindasan dengan lebih keras," tulis AST.

 

Selain itu, upaya kudeta yang gagal pada Juli 2016 kebetulan menjadi momen penting dalam sejarah modern Turki. Sebab kudeta tersebut disusul penganiayaan terhadap ribuan orang, di antaranya ada ribuan wanita dan ibu.

 

Tindakan luar biasa yang dilakukan pemerintah setelah upaya kudeta, konflik politik, dan penganiayaan berat telah melipatgandakan beban para ibu. Karena propaganda pemerintah, para ibu distigmatisasi dan dikucilkan dari masyarakat.

 

Mereka dihadapkan pada penahanan sewenang-wenang. Anak atau suami mereka menjadi korban penghilangan paksa dan mereka terpaksa mengungsi untuk bertahan hidup.

 

"Para ibu telah kehilangan anak atau nyawa mereka sendiri dalam keadaan yang menyedihkan ini," katanya.

 

Salah satu surat tersebut berasal dari Sacide Bozan. Bozan diberhentikan dari pekerjaannya di Kementerian Pendidikan Nasional sebagai bagian dari undang-undang yang dilimpahkan untuk menentang Gerakan Gulen, yang di Turki disebut sebagai KHK.

 

Dia telah diadili selama tiga tahun. Sedangkan suaminya yang juga seorang guru telah ditahan selama tiga tahun atas tuduhan yang sama.

 

Seorang wanita bernama Fatma Tuno sudah selama dua tahun terakhir mencari suaminya, mantan pegawai Kementerian Perindustrian, Yusuf Bilge Tunç, yang tidak terdengar kabarnya sejak dia diculik saat bekerja di supermarket untuk menghidupi keluarganya. Hal ini setelah dia dikeluarkan dari pekerjaannya sebagai bagian dari undang-undang yang dilimpahkan untuk menentang Gerakan Gulen yang di Turki disebut sebagai KHK.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement