Ahad 09 May 2021 17:00 WIB

Survei: Kebiasaan Berkumpul Turun 70 Persen

Survei: Kebiasaan Berkumpul dan Pertemuan Sosial Turun 70 Persen 

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Survei: Kebiasaan Berkumpul dan Pertemuan Sosial Turun 70 Persen. Foto:   Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Survei: Kebiasaan Berkumpul dan Pertemuan Sosial Turun 70 Persen. Foto: Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH—Saudi Center for Opinion Polling baru saja menemukan fakta baru tentang tingkat partisipasi dalam acara sosial yang menurun hingga 70 persen selama pandemi. Survei yang melibatkan 1.190 orang berusia 18 tahun ke atas ini juga mengungkapkan penurunan kebiasaan kunjungan ke kerabat, sebesar 46 persen, dan berkumpul dengan teman, menurun 54 persen. 

Selain itu, dari survei yang dilakukan secara acak melalui sambungan telepon itu juga menemukan bahwa selama pandemi, warga Saudi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dengan meningkatnya kebiasaan latihan fosik secara teratur, 42 persen lebih tinggi di banding sebelum pandemi. Sementara itu, kebiasaan menonton televisi justru menurun hingga 39 persen. Temuan itu juga mengungkapkan peningkatan 39 persen dalam penggunaan ponsel dan 52 persen orang menghabiskan waktu mereka untuk kegiatan hiburan lainnya.

Baca Juga

Arwa Meer, seorang supervisor admin di sebuah rumah sakit Jeddah, mengatakan bahwa dia telah mengurangi aktivitas sosialnya karena kondisi  lingkungan kerjanya. Selama Ramadhan, Arwa mengaku lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit, ditambah kebijakan penguncian oleh pemerintah, membuatnya tidak punya waktu untuk sekedar bertemu atau berkumpul bersama kerabat atau teman, ujarnya. 

“Sekalipun saya punya waktu, saya tidak akan melihat siapa pun karena saya terus-menerus berhubungan dengan kasus COVID-19. Itu adalah sesuatu yang membuat saya menahan diri untuk tidak bertemu dengan siapa pun,” kata Meer kepada Arab News yang dikutip Republika

Menurutnya, meskipun kondisi tahun ini cenderung lebih baik dibanding tahun sebelumnya, Arwa mengaku tetap khawatir untuk mengikuti pertemuan sosial. Bahkan dia mengaku semaksimal mungkin menghindari kontak fisik dengan keluarganya agar menghindari resiko penyebaran Covid-19. 

“Beberapa kolega saya terinfeksi, sehingga membuat saya menahan diri dari pertemuan sosial bahkan dengan keluarga saya di rumah, saya berusaha menghindari kontak fisik dengan mereka sebisa mungkin, sebagai tindakan pencegahan agar tidak menulari siapa pun jika saya adalah seorang pembawa penyakit,” ujarnya. 

Pandemi, kata dia, telah mengubahnya dan beberapa rekannya dari kebiasaan sebelum pandemi, salah satunya bersosialiasi. Menurutnya, pandemi telah memaksanya menjadi ‘kurang sosial’, bahkan selama Ramadhan kali ini dia mengaku sama sekali tidak memiliki waktu untuk bertemu dengan teman-temannya. 

“Sudah lama sekali sejak terakhir kali saya melihat teman-teman saya. Saya melihat mereka mungkin sebulan sekali. Ramadan ini, saya tidak bertemu teman sama sekali, tidak untuk buka puasa atau sahur,” ujarnya. 

Kurangnya intensitas bersosial juga dirasakan Talal Al-Shammari, 28 tahun dari Jeddah. Dia mengatakan bahwa berkurangnya kunjungan keluarga selama keadaan saat ini adalah sesuatu yang wajar terjadi. “Tidak ada yang mau berada dalam situasi seperti itu untuk terinfeksi. Semua orang takut anggota keluarga mereka atas diri mereka sendiri,” katanya yang dikutip Republika, Ahad (9/5).

“Tak seorang pun ingin menyakiti kerabat atau teman mereka, terutama mereka yang lebih lemah sistem kekebalan tubuhnya,” sambungnya. 

Saudi Center for Opinion Polling, organisasi nirlaba yang disahkan oleh Kementerian Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial, dan Kementerian Perdagangan, dalam surveinya juga menemukan fakta bahwa meskipun pertemuan sosial menurun dratis, namun tingkat antusiasme masyarakat untuk berbelanja daring tetap tinggi, tidak berubah dibanding sebelum pandemi.  

“Hasil mengejutkan lainnya adalah mayoritas masyarakat, 79 persen, enggan makan di restoran selama Ramadan,” kata survei tersebut.

Hasil lain mengungkapkan bahwa total jam tidur selama Ramadhan meningkat hanya untuk 25 persen responden, sementara mayoritas responden yang disurvei mengatakan bahwa mereka tidak mengubah gaya hidup mereka secara signifikan selama Ramadhan. Survei tersebut juga menemukan bahwa 58 persen orang tidak merasakan adanya perubahan suasana hati atau emosi selama periode tersebut.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement