Kamis 13 May 2021 14:16 WIB

Tokoh China Berlomba Boikot Brand Mode Barat

Beijing meningkatkan peringatan menghukum siapapun yang membuat tuduhan Xinjiang

Red: Nur Aini
Warga dan pengunjung di International Grand Bazaar, Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, China, Kamis (22/4/2021), menyaksikan tari-tarian tradisional masyarakat etnis minoritas Muslim Uighur. Grand Bazaar merupakan pusat keramaian terbesar di Urumqi dan menjadi salah satu tujuan wisata utama Xinjiang.
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Warga dan pengunjung di International Grand Bazaar, Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang, China, Kamis (22/4/2021), menyaksikan tari-tarian tradisional masyarakat etnis minoritas Muslim Uighur. Grand Bazaar merupakan pusat keramaian terbesar di Urumqi dan menjadi salah satu tujuan wisata utama Xinjiang.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Selebritas dan politisi China berlomba untuk menjauhkan diri dari merek barat saat Beijing meningkatkan peringatan untuk menghukum siapapun yang membuat tuduhan pelanggaran di Xinjiang, termasuk perusahaan mode yang memboikot kapas di kawasan itu. Brand fesyen Inggris, Burberry, adalah salah satu target brand fesyen terkemuka dari sekian brand yang diboikot.

Aktor Zhou Dongyu dilaporkan The Guardian telah mengakhiri posisinya sebagai duta merek Burberry. Tidak lama kemudian motif tartan khas Burberry juga dihapus dari video game populer China. Belakangan, seorang anggota parlemen Hong Kong mengunggah foto dirinya yang dicerca sambil menatap dengan sedih tiga syal Burberry. Dalam unggahannya, politisi itu menyatakan berjanji untuk tidak memakai ketiga syal itu lagi.

Baca Juga

Selain Burberry, perusahaan pakaian ritel asal Swedia, H&M, dihapus dari internet berbahasa Mandarin dalam semalam, tokonya dihapus dari peta, aplikasi ride-hailing dan aplikasinya dihapus dari toko online. Produk-produk H&M hilang dari pasar online China.

China menjatuhkan sanksi pada anggota parlemen Inggris, pengacara dan akademisi dalam kasus perselisihan Xinjiang. Wilayah Xinjiang memproduksi lebih dari seperlima kapas dunia dan lebih dari empat perlima kapas di China, tetapi ada tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dalam produksi termasuk kerja paksa orang Uighur dan orang minoritas Muslim Turki lainnya.

Keprihatinan yang meningkat tentang praktik-praktik pelecehan, yang dikemukakan oleh para juru kampanye, konsumen, dan pejabat di barat, mengarah pada janji bahwa praktik tersebut akan dihapus dari rantai pasokan. Dalam banyak kasus, janji-janji itu sudah lama dibuat.

Salah satu brand barat yang membuat komitmen itu pada tahun lalu adalah H&M. Namun kemarahan yang terlambat di antara konsumen China tentang boikot ini rupanya dipicu oleh artikel di media pemerintah, saat Beijing menjatuhkan sanksi kepada politisi dan peneliti Eropa -termasuk Inggris- atas apa yang disebutnya "kebohongan dan disinformasi" tentang Xinjiang.

Beberapa merek termasuk Muji dan Fila menanggapi boikot tersebut dengan menggarisbawahi komitmen mereka untuk menggunakan kapas dari Xinjiang, pengingat akan pentingnya China sebagai salah satu pasar mode terbesar dan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Perusahaan fesyen Jerman Hugo Boss, yang sempat terkenal karena penganiayaan terhadap pekerja paksa selama perang dunia kedua ketika memasok seragam Nazi, melakukan upaya yang dinilai ceroboh untuk menenangkan pelanggan di China dan kritikus pertanian kapas Xinjiang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement