Senin 10 May 2021 14:26 WIB

Penyair Myanmar Penentang Junta Meninggal dalam Tahanan

Khet Thi adalah penyair ketiga yang meninggal dunia sejak kudeta 1 Februari

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.
Foto: EPA
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Seorang penyair Myanmar Khet Thi meninggal dunia dalam tahanan pada Ahad (9/5). Jenazah Khet Thi diserahkan kepada keluarga tapi organ-organ tubuhnya telah hilang.

Istri Khet Thi, Chaw Su, mengatakan dia dan suaminya dibawa oleh tentara bersenjata dan polisi untuk diinterogasi pada Sabtu (8/5) di pusat kota Shwebo, di wilayah Sagaing. Wilayah tersebut merupakan pusat perlawanan terhadap kudeta.

Baca Juga

"Saya diinterogasi. Begitu pula dia. Mereka bilang dia ada di pusat interogasi. Namun dia tidak kembali, hanya tubuhnya," kata Chaw Su kepada BBC dengan bahasa Burma sambil menangis.

Chaw Su mengatakan petugas keamanan menelponnya dan meminta dia datang di rumah sakit di wilayah Monywa. Awalnya, Chaw Su berpikir suaminya mengalami cedera ringan. Namun ketika tiba di rumah sakit, petugas memberitahunya bahwa Khet Thi berada di ruang jenazah dan seluruh organ dalam di tubuhnya telah hilang.

"Mereka menelepon saya di pagi hari dan mengatakan kepada saya untuk menemuinya di rumah sakit di Monywa. Saya pikir itu hanya untuk lengan yang patah atau semacamnya. Namun ketika saya tiba di sini, dia berada di kamar mayat dan organ dalamnya diambil," ujar Chaw Su.

Chaw Su mendapatkan informasi dari rumah sakit bahwa suaminya memiliki masalah jantung. Namun Chaw Su tidak percaya dengan informasi tersebut. Chaw Su mengatakan, militer berencana untuk menguburkan jenazah suaminya.

Akan tetapi dia meminta agar jenazah suaminya bisa dibawa pulang. Hingga berita ini diturunkan, juru bicara junta militer Myanmar dan pihak rumah sakit tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Khet Thi adalah penyair yang kerap melontarkan kritik pedas dan perlawanan terhadap junta militer melalui karyanya. Dalam halaman Facebook pribadinya, pria berusia 45 tahun itu menulis kalimat, "Mereka menembak di kepala, tetapi mereka tidak tahu bahwa revolusi ada di dalam hati".

Khet Thi adalah penyair ketiga yang meninggal dunia sejak kudeta 1 Februari. Dia adalah teman akrab dari K Za Win, yaitu seorang penyair yang ditembak mati dalam aksi protes di Monywa pada awal Maret.

Khet Thi adalah seorang insinyur. Namun dia berhenti dari pekerjaannya pada 2012 untuk fokus menjadi penyair. Selain menulis puisi, dia menjual es krim dan kue untuk kebutuhan sehari-hari.

"Saya tidak ingin menjadi pahlawan, saya tidak ingin menjadi martir, saya tidak ingin menjadi orang lemah, saya tidak ingin menjadi orang bodoh. Saya tidak ingin mendukung ketidakadilan. Jika saya hanya punya waktu satu menit untuk hidup, saya ingin hati nurani saya bersih untuk saat itu," tulis Khet Thi dua pekan setelah kudeta.

Belum lama ini, Khet Thi menulis bahwa dia adalah seorang pemain gitar, pembuat kue, dan penyair. Dia bukan seseorang yang bisa menembakkan senjata tapi dia menyiratkan bahwa sikapnya berubah.

"Orang-orang saya ditembak dan saya hanya bisa melempar puisi. Namun jika kamu yakin suaramu tidak cukup, maka kamu harus memilih senjata dengan hati-hati. Aku akan menembak," tulis Khet Thi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement