Senin 10 May 2021 16:25 WIB

Pilot Angkatan Udara Prancis Alami Perundungan

Seorang pilot angkatan udara di Prancis dirisak rekan-rekannya dengan pesawat tempur

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Tentara Prancis mengikuti pelatihan senjata di hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)
Tentara Prancis mengikuti pelatihan senjata di hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Seorang pilot angkatan udara Prancis mengajukan pengaduan kriminal yang menyebut bahwa dirinya menjadi bagian dari ritual perpeloncoan dan perundungan. Dia diikat ke papan target tembak, sementara pesawat tempur terbang di atas kepalanya dan menembakkan amunisi.

Pengaduan tersebut tidak mengidentifikasi orang yang diduga melakukan perpeloncoan atau menyebutkan berapa banyak dari mereka yang terlibat. Dalam dokumen pengaduan yang dilihat oleh Reuters, pilot tersebut mengatakan perpeloncoan terjadi pada Maret 2019 setelah dia tiba di unit tempur di pangkalan udara Solenzara, Pulau Corsica, Mediterania.

Baca Juga

Kepala hingga wajah pilot itu ditutup oleh kain hitam dan dipaksa masuk ke bagian belakang truk pick-up oleh beberapa rekan yang mengantarnya ke lapangan tembak. Berdasarkan foto yang dilampirkan dalam berkas pengaduan, seorang pria berseragam militer dengan kaki dan tangan terikat dengan menggunakan tali nilon yang kuat di target tembak.

Selain itu, rekaman video yang diberikan oleh pengacara pilot, Frederic Berna, menunjukkan jet tempur melintas rendah di atas kepalanya. Pengaduan tersebut menyatakan pilot yang terikat pada target dapat mendengar suara amunisi yang ditembakkan dari pesawat tempur tersebut.

Berna mengatakan kliennya tidak ingin namanya diungkapkan ke publik karena masalah privasi. Berna mengatakan foto dan rekaman video yang dikutip dalam pengaduan itu direkam oleh anggota angkatan udara lainnya yang hadir.

Gambar tersebut kemudian dibagikan dalam grup WhatsApp. Anggota grup WhatsApp kemudian membagikan gambar itu kepada pilot yang mengalami perundungan.

Berna mengungkapkan alasan kenapa kliennya harus menunggu untuk mengajukan pengaduan. Berna mengatakan kliennya tidak ingin menantang otoritas militer. Pilot itu sudah mengadukan masalah tersebut kepada atasannya pada akhir 2020. Namun pihak angkatan udara tidak menanggapinya secara memadai sehingga pilot itu mengajukan pengaduan pidana.

Berna mengatakan gugatan diajukan ke kantor kejaksaan di kota Marseille pada 5 Mei. Menurut Berna, kliennya masih bertugas di angkatan udara sebagai pilot. Namun kliennya tidak lagi menjadi pilot tempur.

Juru bicara angkatan udara Prancis Stephane Spet mengatakan komando angkatan udara telah memerintahkan penyelidikan internal. Anggota yang terlibat melakukan perpeloncoan dan perundungan telah dikenai hukuman. Spet menjelaskan hukuman yang paling berat adalah pembatasan di barak. Namun Spet tidak mengatakan berapa banyak orang yang menerima hukuman ini.

Spet mengatakan komando angkatan udara menerima informasi tentang insiden itu pada Januari 2021. Komando angkatan udara kemudian memerintahkan penyelidikan internal.

"Pilot yang bertanggung jawab atas perpeloncoan ini dihukum berat pada April 2021, dengan tindakan pembatasan ke barak," kata Spet.

Dalam pernyataan terpisah, angkatan udara mengutuk tindakan apa pun yang membahayakan kesejahteraan fisik atau mental personelnya. Angkatan udara akan bekerja sama untuk melakukan penyelidikan kriminal apa pun.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement