REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengakui kesulitan untuk mengawasi pengunjung yang berkerumun diluar mal atau pusat perbelanjaan pada akhir pekan kemarin. Para pengunjung yang berkerumun diluar mal adalah mereka yang tengah menunggu agar dapat masuk ke mal akibat adanya pembatasan kapasitas sebesar 50 persen.
Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan pengelola mal dan pusat perbelanjaan sudah konsisten menerapkan kebijakan menutup akses masuk apabila sudah memenuhi kapasitas 50 persen. Para petugas pun berupaya agar pengunjung yang menunggu diluar mal untuk membubarkan diri namun hal tersebut tidak terjadi sehingga muncul kerumunan."Upaya Satpol PP melakukan penghalauan walau jujur saja kewalahan luar biasa akhirnya bergerombol di ruas jalan di wilayah dalam kaum," ujarnya di Balai Kota Bandung, Senin (10/5).
Ia mengakui ledakan pengunjung di pusat perbelanjaan membuat kondisi ideal belum dapat terwujud. Kondisi tersebut terjadi karena adrenalin masyarakat sangat tinggi untuk berbelanja.
Pihaknya pun belum dapat memperkirakan masyarakat yang datang untuk ke pusat perbelanjaan. Salah satu yang terus dilakukan adalah mengingatkan tentang penerapan protokol kesehatan kepada para pengunjung.
"Kerumunan di luar mal agak susah, dalam posisi membubarkan pengunjung diluar mal agak sulit. Kita terus mengingatkan anda harus prokes, anda jalan jalan dulu (agar tidak berkerumun). Masyarakat sekian persen yang patuh," katanya. Pihaknya pun tidak dapat memaksakan diri untuk membubarkan paksa sebab lebih mengedepankan pendekatan humanis.
Pihaknya juga kesulitan jika harus melakukan rapid tes antigen terhadap pengunjung pusat perbelanjaan yang membludak. Salah satu cara yang efektif dilakukan adalah tidak kendor terus mengingatkan masyarakat dan pengunjung.