REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kisah pilu yang menimpa para korban banjir bandang akibat meluapnya sungai Cimanuk di kabupaten Garut empat tahun silam masih menyisakan kesedihan yang mendalam bagi para korban, tidak terkecuali Yulianti (35 tahun). Akibat peristiwa tersebut, Yulitanti harus kehilangan dua orang yang dicintainya, anak bungsu dan suaminya harus terenggut nyawa akibat ganasnya sungai Cimanuk yang meluap ke daratan.
Kejadian September 2016 lalu adalah salah satu kejadian bencana terdahsyat karena puluhan nyawa meninggal dan ratusan korban berjatuhan, belum lagi harta benda seperti rumah yang terbawa hanyut, kendaraan, dan lainnya.
“Kalau lagi ingat saya sering nangis, bukan hanya rumah yang terbawa hanyut tetapi nyawa dua orang yang saya cintai pun harus tiada untuk selama lamanya,” tuturnya.
Saat Relawan Rumah Zakat menyerahkan bantuan berupa bingkisan dan santunan kepadanya pada Kamis (6/5), dirinya berujar bahwa Rumah Zakat telah banyak membantunya, masih ingat pascakejadian bencana itu Rumah zakat salah satu lembaga yang peduli dan mensupport dirinya untuk bangkit dari duka.
Dirinya pernah diberi modal bantuan usaha yaitu alat alat dan modal untuk berjualan es buah, yang ia jalani sudah hampir 2 tahun lebih, namun semenjak adanya corona yang mengharuskan sekolah sekolah tidak tatap muka akhirnya sudah satu tahun ini tidak berjualan lagi, maklum saja Yuli berjualan dari sekolah ke sekolah.
“Masih ada si cikal yang harus saya besarkan, saat ini ajay (anak cikalnya) sudah kelas 1 SMK, saya bertekad untuk terus mendorong sekolahnya sampai selesai, yah minimal lulus SMK,” terangnya.
Terimaksih Rumah Zakat yang telah banyak membantu saya dan keluarga, semoga Alloh membalas semua kebaikannya,” pungkasnya.