REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menilai, Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan pencegahan terkait kebakaran yang terus berulang di Ibu Kota. Menurut dia, hal itu didasari pada penyebab dan lokasi kebakaran.
"Ini kan sudah sering terjadi, jadi kita harusnya mengamati pada akar penyebab masalahnya. Di mana kejadiannya, asal peristiwanya," kata Yayat saat dihubungi Republika.co.id, Senin (10/5).
Ia mengungkapkan, penyebab terjadi kebakaran juga sering kali karena adanya korsleting listrik. Sehingga pemprov dinilai perlu mengedukasi masyarakat mengenai pemasangan dan penggunaan listrik.
"Kalau dilihat dari sumber pemicunya kalau dulu penelitian mengatakan hampir 70-80 persen itu karena listrik. Berarti kalau persoalannya di listrik, ada masalah nih, kenapa kebakaran karena listrik?" ujarnya.
Salah satunya, kata dia, penyebabnya adalah standar dari instalasi listrik yang tidak memenuhi syarat. Kemudian, cara pemasangan yang tidak benar dan kemungkinan banyaknya listrik yang separuh nyolong (sepanyol) dengan NBC yang tidak terpasang.
"Jadi sambungan-sambungan itu tidak terpasang, tidak dilindungi oleh satu sistem proteksi pengamanan kebakaran kalau terjadi korsleting," tutur dia.
Selain itu, sambung dia, penggunaan listrik yang tidak tepat juga menjadi pemicu korsleting. Sebab, adanya kelebihan beban atau daya listrik yang digunakan.
"Beban listriknya benar atau tidak itu kan kadang-kadang orang ingin dalam kondisi sekarang ini pakai listriknya murah tapi banyak. Karena itu tadi, pakai HP, semua orang butuh nge-charge, kalau lingkungan panas pakai kipas angin atau AC dan sebagainya. Itu mengakibatkan listriknya kelebihan beban, kelebihan daya," ungkap dia.