Oleh : Andi Nur Aminah, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa waktu lalu, sedikit panik mendera tatkala saya menyadari melewatkan jadwal vaksinasi Covid-19 yang kedua. Vaksinasi tahap pertama sudah saya jalani di Sentra Vaksinasi BUMN di Istora Senayan. Lalu vaksinasi kedua, sudah terjadwal di tempat yang sama, namun saya bleng, tak ingat sama sekali tanggalnya.
Yang selalu terngiang adalah vaksinasi tahap kedua akan dilakukan 28 hari setelah pemberian vaksin tahap pertama. Saya ingat, usai menjalani vaksin, ada SMS masuk ke gadget saya. Saya baca sekilas saja tanpa memperhatikan baik-baik tanggal yang tertera. Yang saya ingat, pokoknya 28 hari setelah vaksin pertama, itu saja.
Di tengah keasyikan dengan berbagai aktivitas, ingatan tentang vaksin 28 hari lagi kadang muncul. Namun yang terpikirkan adalah, ah masih lama kok. Lalu tiba-tiba, memori tentang harus vaksin kedua muncul, tapi ternyata di waktu yang sudah lewat tiga hari!
Nah, disitulah awal kepanikan muncul. Duh, bagaimana ini, apa yang akan terjadi pada saya. Jika saya terlambat vaksin kedua, bagaimana nasib vaksin pertamanya. Berbagai pikiran itu muncul.
Saya mencoba kasak kusuk mencari informasi, apa yang harus saya lakukan. Salah satunya, mengontak adik saya yang kebetulan menangani bidang vaksinasi Covid-19. "Better late than never," begitu kata dia usai mendengarkan cerita saya. Artinya, harus tetap berupaya vaksin kedua, bagaimanapun caranya.
Saya mencoba melacak status program vaksinasi saya di situs pedulilindungi.id. Data saya tertera di sana dengan status contreng sudah vaksin pertama. Di bagian lain, sudah tertera pula nomor tiket untuk vaksinasi kedua di tempat yang sama.
Masalahnya karena saya lupa di saat sudah ada jadwal yang tertera, maka nomor tiket tersebut hangus. Saya coba melacak kapan jadwal terdekat untuk vaksinasi berikutnya. Tapi yang saya dapati di situs tersebut informasinya adalah registrasi ulang vaksinasi Covid-19 belum dibuka kembali. Untuk tahu kapan ada lagi, harus mencek secara berkala di situs itu.
Apa langkah berikutnya? Saya kemudian mendapatkan informasi bahwa pelaksanaaan vaksinasi tahap pertama dan kedua dapat dilaksanakan di tempat pelayanan yang berbeda. Hasil layanan vaksinasi tetap dapat diinput ke dalam PC Care Vaksinasi meskipun pemberian dosis pertama dan kedua berbeda tempat. Dan enaknya, tinggal datang ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat dari tempat domisili saja.
Tapi tak sesimpel itu ternyata. Karena setiap fasyankes sesungguhnya sudah mendapatkan jatah vaksin yang satu paket, yakni pertama dan kedua. Kemudian, setiap fasyankes juga sudah memiliki waktu terjadwal.
Saya mencoba menghubungi dua fasyankes terdekat dari domisili saya. Dua-duanya tak bisa memberikan saya vaksin dosis kedua. Fasyankes pertama beralasan pemberian dosis kedua sudah selesai dan belum ada jadwal berikutnya. Di fasyankes kedua, beralasan stok vaksinnya sudah disiapkan untuk target vaksin pertama dan kedua. Penjelasan singkat petugas yang saya hubungi, ilustrasinya jika saya diberikan dosis vaksin kedua, maka mereka akan kekurangan satu dosis, karena saya memakai jatah tersebut.
Saya pun mundur teratur dan berusaha cari informasi lainnya. Selang dua hari kemudian, kabar baik datang yang menyebutkan saya bisa ke fasyankes terdekat di Puskesmas Sawangan.
Di sana, kebetulan masih ada stok vaksin kedua. Ini pun sebetulnya jatah orang-orang yang sudah vaksin pertama namun saat tiba masa vaksin keduanya, mereka tak datang. Petugas di fasyankes tersebut menjelaskan, mereka sudah mengontak yang bersangkutan namun tidak datang sampai pada hari yang ditentukan. Ada yang mengabari sedang ada di luar kota, atau sudah pindah domisili, ataupun ada yang tak berkabar sama sekali. Jatah mereka itulah salah satunya yang akhirnya disuntikkan pada saya.
Proses untuk mendapatkan dosis kedua pun tak banyak berbeda dengan dosis pertama. Setelah data-data dicocokkan, saya diminta menunjukkan bukti sudah vaksin pertama. Lalu cek tensi, di wawancara beberapa pertanyaan terkait kondisi kesehatan, lalu menunggu untuk divaksin. Setelah divaksin, diminta menunggu 30 menit, jika tak ada keluhan, boleh langsung pulang. Semua berlangsung cepat.
Di fasyankes malah enak, karena lebih cepat, tak perlu antre terlalu lama. Untuk satu gelombang, di Puskesmas Sawangan mengatur pelaksanaan vaksinasi tiap 10 orang. Jika sudah memenuhi kuota, maka yang datang berikutnya akan diikutkan di kelompok 10 orang gelombang berikutnya.
Maka tak ada alasan untuk tidak melaksanakan vaksin kedua, jika terlupa atau terlewat jadwal vaksinasinya. Karena apa? Vaksin Covid-19 bekerja lebih efektif apabila diberikan sebanyak dua dosis. Satu dosis vaksin memang dapat memberi perlindungan dari virus corona. Tetapi risiko tertular Covid-19 paling rendah jika mendapatkan dua dosis.
Jika membaca literatur dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), di situ mengonfirmasi jika dua dosis vaksin lebih baik daripada satu. Temuan ini didapat setelah dilakukan penelitian terhadap hampir 4.000 petugas kesehatan, penerima pertama, dan pekerja garda depan.
Dalam penelitian yang dilakukan pada 14 Desember 2020 hingga 13 Maret 2021, peneliti menemukan satu dosis vaksin memberikan perlindungan sebesar 80 persen. Angkanya meningkat menjadi 90 persen apabila vaksin kedua diberikan dua minggu setelah dosis pertama. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan menetapkan batas waktu atau interval pemberian vaksin dosis kedua pada orang berusia produktif adalah kini menjadi 28 hari setelah vaksin dosis pertama diberikan.
Saya pun mendapatkan penjelasan dari petugas, bahwa dosis pertama vaksin Covid, adalah memulai proses produksi antibodi dan membangun perlindungan. Dosis kedua bekerja untuk memperkuat perlindungan yang dihasilkan setelah dosis pertama. Diyakini bahwa dosis kedua vaksin secara substansial memperkuat kekebalan dan meningkatkan tingkat keefektifannya.
Adapun efek samping dosis kedua vaksin Covid-19 yang umum dialami hampir sama dengan vaksin Covid-19 dosis pertama. Intensitas gejala dapat bervariasi pada setiap orang. Beberapa efek samping yang paling umum dialami adalah seperti demam, menggigil, mual, nyeri tubuh, atau bengkak dan kemerahan di sekitar bekas suntikan. Tapi saya mengalami hal lain, entah apakah ini efeknya juga, yakni saya merasakan mengantuk yang berlebihan.
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement