Selasa 11 May 2021 17:34 WIB

Rumah Ludes Terbakar, Warga Berharap Bantuan Bahan Bangunan

Di area dengan luas sekitar 6.000 meter persegi itu terdapat 400 rumah yang terbakar.

Rep: Febryan. A / Red: Hiru Muhammad
Warga sedang membersihkan material sisa kebakaran di Jalan Kapuk Muara Raya, Gang Rawa Elok, RT 011 dan 012 RW 04, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (9/5) dini hari.
Foto: Dok Pemkot Jakut
Warga sedang membersihkan material sisa kebakaran di Jalan Kapuk Muara Raya, Gang Rawa Elok, RT 011 dan 012 RW 04, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (9/5) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Puing-puing dari 400 rumah yang terbakar di Jalan Kapuk Muara Raya, Gang Rawa Elok, RT 011 dan 012 RW 04, Kelurahan Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, masih berserakan pada Selasa (11/5) siang. Warga terdampak kini berharap ada bantuan material bangunan untuk membangun ulang rumah mereka masing-masing. 

Memet (43 tahun), salah warga yang rumahnya terbakar, kini mengungsi di sebuah pesantren dekat sana. Saat siang, ia kembali ke lokasi rumahnya untuk membersihkan puing-puing maupun arang. 

"Kalau bantuan makanan dan pakaian sudah melimpah. Harapan kita ya supaya ada bantuan material bangunan," kata Memet saat beristirahat usai membersihkan puing rumahnya, Selasa. 

Hal senada disampaikan Een (45). Rumahnya kini sudah hancur sepenuhnya jadi arang. Ia ingin membangun kembali rumah yang telah ditempatinya selama 23 tahun terakhir itu. 

"Kita berharap ada bantuan meterial bangunan karena kita mau bangun lagi. Kata Pak RT boleh bangun lagi," ujar Een di dekat puing-puing rumahnya. 

Ujang Wawan (36), warga yang rumahnya tak berdekatan dengan rumah yang diduga sumber api, juga inginkan hal serupa. Ia ingin keluarganya segera keluar dari tempat pengungsian. 

"Ya saya juga berharap ada bantuan material bangunan. Kita ingin bangun lagi di sini. Tempat pengungsian seberapa pun bagusnya tentu tidak senyaman rumah sendiri," kata Ujang. 

Kebakaran melanda kawasan padat penduduk itu pada Sabtu (8/5) pukul 23.31 WIB. Api berhasil dipadamkan pada Ahad pukul 01.09 WIB. Tak ada korban jiwa dalam insiden ini. 

Kasi Ops Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Utara, Abdul Wahid, mengatakan, di area dengan luas sekitar 6.000 meter persegi itu terdapat 400 rumah yang terbakar. Sedangkan jiwa terdampak ada 2.500 orang yang terdiri atas 400 KK.  

Wali Kota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim, mengatakan, warga terdampak sebanyak 1.449 orang atau 375 kepala keluarga (KK) diungsikan ke Pondok Pesantren Khoirul Ummah. 

Area yang terbakar itu luasnya sekitar 200 x 30 meter. Area itu sekelilingnya dibatasi  tembok setinggi dua meter. Berdasarkan pantauan Republika pada Selasa siang, hanya tampak puing-puing dan arang di dalam area tersebut. Hampir semuanya hancur dilalap api. Hanya sebuah mushala yang tampak masih berdiri tegak walau turut terdampak. Mushala Miftahul Ulum memang ikut terbakar tapi dindingnya masih tampak utuh. 

"Ini satu-satunya yang tersisa dari tiga mushala di sini. Dua mushala lagi habis terbakar. Saya nggak tahu juga kenapa bisa selamat. Mungkin karena mushala yang ini baru direnovasi," kata Memet, yang rumahnya berdekatan dengan mushala tersebut. 

Di mushala itu kini tampak warga memasang terpal di bagian atapnya yang sudah hancur. Mushala itu lantas diungsikan jadi salah satu tempat menampung bantuan. Siang itu, sejumlah warga tampak sudah mulai membersihkan puing-puing sisa kebakaran. Sesekali mereka berhenti untuk mengangkat bantuan yang diberikan para dermawan. 

Kapolsek Penjaringan AKBP Andryansyah mengatakan, anak buahnya masih menyelidiki kasus kebakaran besar ini. Sejauh ini, api diduga muncul karena korsleting listrik. "Penyebab masih dugaan awal yaitu korsleting listrik. Anggota masih lakukan penyelidikan," kata Andriansyah ketika dihubungi Republika, Selasa. 

Sejumlah warga setempat menyebut sumber api ada di sebuah rumah sekaligus warung di belakang gedung PAUD, persis di tengah-tengah area yang terbakar. Sejumlah warga sempat berupaya memadamkan api di sana. 

"Kita tahu sumber api di sana karena kita ikut bantu pemadaman awal. Tapi kita cuma sanggup sebentar, tidak sampai setengah jam, karena api terlalu besar," kata Memet. 

Maman (46), warga lainnya, ikut membantu memadamkan api rumah itu. "Saya bantu matiin pakai ember (air). Ada juga yang pakai APAR karena di tiap gang di sini ada APAR, tapi api tetap membesar," kata dia. 

Ujang Wawan, yang rumahnya berdekatan dengan rumah sumber api, menyebut api berkobar di bagian atas rumah tersebut. Ia sempat berupaya memadamkan menggunakan pompa air yang berada persis di depan rumah tersebut, namun sayangnya pompa itu berulah. 

"Pompa air ada tapi nggak bisa hidup. Sempat hidup bentar, tapi selangnya nggak bisa nyambung. Kita juga pakai APAR tapi nggak ngaruh," kata dia. 

Melihat semua upaya tak membuahkan hasil dan api terus membesar, warga berhamburan kembali ke rumah masing-masing. Mereka ingin menyelamatkan keluarga dan barang-barang. 

"Api itu menjelar dengan cepat ke semua rumah. Brok tak tak bunyinya api menjalar. Saya hanya sempat selamatkan keluarga dan berkas-berkas," kata Ujang. 

Maman juga menyebut api merambat dengan cepat. Saking cepatnya, ia hanya sempat menyelamatkan keluarganya. Sedangkan harta sempat diselamatkan hanya baju yang melekat di badannya. 

Untuk kabur dari keluar dari area persegi itu, warga sempat merobohkan tembok pembatas. Area tersebut diketahui memiliki tiga pintu masuk, yakni di sisi utara, selatan dan timur. "Malam itu kita jebolin tembok yang dekat lapangan futsal itu (sisi barat) untuk kabur," kata Ujang. Di sisi barat terdapat dua titik tembok yang dijebol warga untuk menyelamatkan diri.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement