REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh pada Senin (10/5) mengatakan bahwa "tindakan Israel di wilayah Palestina adalah bentuk rasisme yang paling keji."
Pernyataan ini terungkap selama pertemuannya dengan sekitar 58 duta besar, konsul, perwakilan negara, organisasi dan anggota korps diplomatik yang terakreditasi untuk Palestina, di hadapan Menteri Luar Negeri Riyad al-Maliki di Kantor Perdana Menteri di Ramallah, menurut pernyataan dari kantor PM.
"Upaya untuk mengusir orang-orang Sheikh Jarrah (di Yerusalem) dari rumah mereka bukanlah masalah hukum, namun masalah politik, dan peradilan Israel secara politis diarahkan untuk melawan kehadiran Palestina di kota tersebut," kata Shtayyeh.
Ia meminta masyarakat dunia agar "segera bertindak menghentikan kekerasan pendudukan Israel terhadap rakyat kami di Kota Yerusalem dan di sejumlah tempat suci lainnya, selain untuk menghentikan upaya penyitaan rumah warga dan penggusuran terhadap mereka."
Shtayyeh menyatakan bahwa "peristiwa Yerusalem dan perlawanan rakyatnya dalam menghadapi penjajah mencerminkan pentingnya kota suci tersebut bagi seluruh warga Palestina dan telah mengangkat kembali isu Palestina ke agenda prioritas dunia."
Ketegangan di daerah Sheikh Jarrah memuncak sejak pekan lalu saat pemukim Israel menyerbu wilayah itu usai pengadilan Israel memerintahkan penggusuran keluarga Palestina. Warga Palestina yang menggelar aksi solidaritas dengan warga Sheikh Jarrah menjadi sasaran pasukan Israel. Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel 1967 dan merampas seluruh kota pada 1980, sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.