REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) menjalin kemitraan analitika dengan Pulse Lab Jakarta (PLJ) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk mengembangkan peta interaktif tentang penularan Covid-19 di level desa di Jabar. Gubernur Jabar Ridwan Kamil optimistis peta interaktif tersebut dapat membantu pengambilan keputusan terkait Covid-19 di Jabar.
Apalagi, Pemprov Jabar memegang teguh prinsip good data, good standing, bad data, bad standing, dalam mengambil kebijakan, khususnya terkait penanganan pandemi Covid. "Tidak boleh ada lagi keputusan tanpa data yang valid, tidak boleh lagi bertengkar masalah data, tidak boleh lagi orang mengambil keputusan tanpa keilmiahan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Selasa petang (11/5).
Dengan peta interaktif, Emil mengatakan, data yang rumit terkait penanganan pandemi Covid-19 dapat disederhanakan dan dikonsumsi dengan mudah oleh masyarakat umum. Selain itu, tampilan peta interaktif pun harus user friendly supaya mudah diakses masyarakat.
"Untuk menyempurnakan proses pembangunan (termasuk penanganan Covid-19) menjadi lebih cepat dan lebih akurat, kita harus mempunyai sistem data yang mudah digunakan dan komprehensif," katanya.
Emil pun mengatakan, pendekatan inovasi data dan transformasi digital, serta kolaborasi menjadi faktor krusial dalam menghadapi dan memitigasi pandemi Covid-19. “Saya sangat menghargai kolaborasi bersama ini karena seyogyanya keadaan pandemi ini harus dihadapi dan dimitigasi bersama-sama melalui inovasi baru. Maka saya menyambut baik hal-hal seperti ini," katanya.
Plt Kepala Pusat Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Bappenas Mohammad Irfan Saleh mengatakan, kemitraan analitika dan data inovasi menjadi hal penting untuk merespons pandemi Covid-19. “Kemitraan analitika dan data inovasi menjadi penting untuk respons yang efektif terhadap Covid-19 di Indonesia," kata Mohammad Irfan.
Sebuah wilayah dapat dianggap memiliki risiko penularan yang tinggi apabila memiliki jumlah kasus positif Covid-19 yang tinggi. Namun, ada beberapa faktor selain data kasus positif yang juga berkontribusi terhadap potensi penularan Covid-19 di sebuah wilayah.
Untuk memberi gambaran situasi dengan lebih akurat, Peta Interaktif Covid-19 Jawa Barat ini melakukan analisa sampai tingkat desa melalui metode penggabungan data administratif (PODES) dengan data alternatif (Facebook population density), guna mendapatkan data dan informasi yang lebih lengkap.
Kepala Pulse Lab Jakarta Petrarca Karetji mengatakan, penggabungan data alternatif dengan data administratif dalam memahami potensi dan risiko penularan Covid-19 dapat membantu pengambil kebijakan dalam mengidentifikasi dan merancang inovasi. "Intervensi yang tepat sasaran dalam penanganan Covid di Jawa Barat dapat dicapai dengan bantuan inovasi data misalnya menentukan peningkatan protokol kesehatan, penentuan buka tutup fasilitas umum, dan sebagainya," papar Petrarca Karetji.
Pulse Lab Jakarta merupakan fasilitas inovasi bersama dari Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia yang juga bertindak sebagai mitra teknis pada pengembangan peta interaktif ini.
Kini, peta interaktif Covid-19 dapat diakses oleh publik melalui situs Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (Pikobar) di laman (https://pikobar.jabarprov.go.id/transmission-potential). Melalui peta ini, publik dapat mengidentifikasi desa-desa di Jawa Barat berdasarkan tingkat potensi serta risiko terhadap penularan Covid-19.
Kedepan, peta ini diharapkan dapat terus mendukung pengambilan keputusan Pemerintah Jawa Barat dalam membuka kantong-kantong daerah untuk kegiatan ekonomi, sosial dan pendidikan seperti pembukaan kembali sekolah, tempat wisata, maupun tempat ibadah. Dalam adaptasi dan penggunaan lanjutannya, peta ini juga diharapkan dapat memberikan ide inovasi baru untuk replikasi dan penerapan di wilayah lain.
Inisiatif pengembangan Peta Interaktif COVID-19 Jawa Barat ini digagas melalui kemitraan analitika antara Jabar Digital Service bersama dengan Pulse Lab Jakarta dan Pusdatinrenbang Bappenas, serta didukung oleh UNICEF dan pemerintah Australia.