Rabu 12 May 2021 13:24 WIB

Bentrok Israel dan Hamas Berlanjut, Warga Palestina Gugur

Korban bentrokan militer Israel dan Hamas termasuk anak-anak Palestina

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
 Petugas medis merawat seorang pria yang terluka selama bentrokan dengan pasukan keamanan Israel di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem Senin, 10 Mei 2021.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Petugas medis merawat seorang pria yang terluka selama bentrokan dengan pasukan keamanan Israel di kompleks Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem Senin, 10 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA — Bentrokan antara militer Israel dan Hamas di Jalur Gaza dilaporkan berlanjut pada Selasa (11/5), hanya beberapa hari setelah ketegangan yang meningkat pasca serangan terhadap jamaah Palestina di Masjid Al-Aqsha, Yerusalem. 

Serangan udara yang diluncurkan Israel dilaporkan membuat puluhan warga di Jalur Gaza, termasuk di antaranya adalah anak-anak kehilangan nyawa. Sementara itu, beberapa roket ditembakkan oleh Hamas menewaskan tiga warga sipil Israel. 

Baca Juga

Menurut media lokal Israel, roket yang ditembakkan juga merusak jalur pipa utama Israel. Sementara itu, sejauh ini ada 32 orang tewas dalam serangan udara, di mana 10 diantaranya adalah anak-anak. Serangan itu juga meghancurkan sebuah gedung perkantoran 13 lantai di Gaza. 

Baik Israel maupun Palestina masih melanjutkan agresi, meski seruan internasional agar diakhirnya kekerasan telah diberikan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Benny Gantz memberikan pernyataan yang memperingatkan bahwa kelompok di Gaza akan membayar ‘harga mahal’ untuk roket yang ditembakkan ke arah Tel Aviv.

Gantz mengatakan serangan udara yang diluncurkan di Jalur Gaza hanyalah permulaan. Sementara itu, utusan PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, memperingatkan bahwa situasi antara Israel dan Palestina saat ini sedang menuju ‘perang skala penuh’.

Dewan Keamanan PBB mengatakan akan mengadakan konsultasi darurat pada Rabu (12/5) hari ini untuk mengatasi kekerasan yang meningkat. Wennesland diharapkan memberi pengarahan kepada 15 anggota dewan secara virtual pada pertemuan tertutup, yang dilakukan atas permintaan China, Tunisia, dan Norwegia. 

Dewan Keamanan PBB belum mengeluarkan pernyataan tentang kekerasan tersebut. Departemen Luar Negeri AS mengatakan ingin memastikan pernyataan dewan tidak semakin meningkatkan ketegangan antara Palestina dan Israel.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement