REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Sayap militer untuk Hamas, Brigade Al Qassam, mengancam akan berencana menyerang Tel Aviv jika Israel menargetkan menara dan bangunan sipil di Gaza. Menurutnya, hal itu akan langsung terjadi sesaat Israel menargetkannya.
"Jika musuh (Israel) tetap bertahan dan membom menara sipil, maka Tel Aviv pada waktu yang sama akan mendapat serangan roket yang lebih parah daripada yang terjadi di Ashkelon," kata juru bicara kelompok itu Abu Ubaida dikutip dari Yenisafak, Rabu (12/4).
Diketahui, ancaman itu muncul setelah tentara Israel dikabarkan meminta penduduk di pemukiman Hanadi di Kota Gaza barat untuk mengosongkan diri. Tuntutan itu, merupakan persiapan untuk menyerang dan menghancurkan bangunan-bangunan tersebut.
Terpisah, sumber lain dari Palestina juga menyatakan, Koordinator Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland telah menyerahkan proposal gencatan senjata kepada Israel dan Hamas. Namun demikian berdasarkan sumber dari Palestina, Israel menolak proposal tersebut.
Mengutip Anadolu Rabu (12/4) posisi dan sikap Hamas dalam usulan tersebut, diklaim juga tidak menanggapi proposalnya. Hal itu, mengingat adanya penolakan dari Israel.
Kekerasan berkobar di wilayah Palestina pada Ahad lalu setelah polisi Israel menyerbu Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki negara itu dan menyerang jamaah Palestina yang sedang melaksanakan ibadah Ramadhan. Lebih dari 300 warga Palestina terluka dalam serangan Israel di dalam lingkungan situs suci tersebut.
Kekerasan terjadi di tengah seruan oleh warga Yahudi untuk menyerbu Masjid Al Aqsa untuk merayakan peringatan Perang Enam Hari pada 1967, ketika Israel menduduki Yerusalem Timur. Ini dikenal sebagai "Hari Yerusalem" menurut kalender Ibrani.
Masjid Al Aqsa adalah situs suci ketiga di dunia bagi umat Islam. Orang Yahudi menyebut area itu sebagai “Temple Mount," mengklaim itu adalah situs dari dua kuil Yahudi di zaman kuno.