REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 280 dokter olahraga bersertifikat melamar menjadi olimpiade Tokyo. Mereka melamar ke 200 tempat yang ingin diisi oleh panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo dan Paralimpiade untuk Olimpiade musim panas ini.
Kyodo melaporkan, Rabu (12/5), para dokter akan menjadi sukarelawan yang tidak dibayar. Dengan langkah ini penyelenggara ingin memastikan dampak pada sistem medis di Jepang dapat ditekan seminimal mungkin di tengah pandemi COVID-19.
Pada bulan lalu, penyelenggara mendapat kecaman setelah meminta 500 perawat dari Asosiasi Perawat Jepang untuk memberikan layanan medis selama pertandingan. Berita terbaru ini diharap akan menjadi penyemangat bagi penyelenggara, meskipun rasa ketidakpercayaan tetap ada di antara petugas medis lokal dan publik karena Jepang menghadapi lonjakan kasus COVID-19.
Penyelenggara telah membuat permintaan melalui Asosiasi Olahraga Jepang (JSA) untuk para dokter olahraga. Para dokter akan bekerja di sejumlah tempat, termasuk di kampung atlet dan tempat kompetisi.
Sumber mengatakan para dokter sebagian besar merupakan ahli ortopedi dan dokter gigi, dan akan mengambil bagian dalam tahap awal pemeriksaan klinis. Dokter olahraga bersertifikat yang dimaksud harus telah memegang lisensi medis selama lebih dari empat tahun dan juga harus telah mengikuti kursus dari JSA. Kegiatan mereka di antaranya akan memberikan layanan medis di turnamen dan melayani sebagai dokter tim.