Rabu 12 May 2021 19:08 WIB

Lockdown di Turki Segera Berakhir

Kasus Covid-19 di Turki mengalami penurunan dari 40 ribu per hari menjadi 15 ribu.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Friska Yolandha
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa Turki akan mengakhiri lockdown Covid-19 dan mulai kembali ke 'normalisasi terkontrol'.
Foto: AP/Turkish Presidency
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa Turki akan mengakhiri lockdown Covid-19 dan mulai kembali ke 'normalisasi terkontrol'.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa Turki akan mengakhiri lockdown Covid-19 dan mulai kembali ke 'normalisasi terkontrol'. Ini dilakukan setelah perayaan akhir bulan suci Islam Ramadhan, Idul Fitri, yang akan berlangsung Kamis (13/12) hingga Sabtu (15/5).

Dilansir di ansamed.info, Rabu (12/5) pengumuman oleh Erdogan ini dilakukan bersamaan dengan pesan video ucapan hari raya Idul Fitri ke negara itu. Saat ini  infeksi di negara itu telah turun menjadi kurang dari 15 ribu per hari dari sekitar 40 ribu pada awal lockdown pada akhir April.

Baca Juga

"Hari-hari indah menanti kami. Dengan kehendak Tuhan, kami berhasil mengendalikan epidemi. Kami akan menggunakan semua metode dan alat yang diperlukan untuk melawan ancaman epidemiologis," kata Erdogan.

Dia berjanji untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang paling terpukul oleh krisis yang terkait dengan Covid-19. 

"Kami bertekad untuk memberikan negara kami tempat yang layak," kata dia.

Sementara itu dilansir di Daily Sabah, produsen vaksin CovidKas-19, CoronaVac, telah memberikan lisensi kepada Turki untuk membuat suntikan. CEO perusahaan Yin Weidong, dikutip Bloomberg, mengatakan Turki termasuk di antara lima negara yang diberi izin produksi vaksin, bersama dengan Indonesia, Brasil, Malaysia, dan Mesir.

Yin menyatakan bahwa mereka menyediakan vaksin yang cukup untuk memvaksinasi 20 persen populasi di Turki, Brazil dan Indonesia tetapi itu tidak akan cukup dan akibatnya mereka memulai proses perizinan untuk produksi di negara-negara tersebut.

Negara itu telah memesan 100 juta dosis vaksin dari Sinovac, meskipun pihak berwenang telah mengakui bahwa pengiriman itu menemui hambatan ketika negara-negara berebut untuk mendapatkan akses ke sejumlah besar suntikan di tengah pandemi yang meningkat.  Turki sejauh ini telah memberikan lebih dari 25,3 juta dosis.

Turki mulai menggunakan CoronaVac pada Januari, memberikannya pertama kali kepada petugas kesehatan.  Saat ini, vaksin tersebut adalah salah satu dari dua vaksin yang ditawarkan kepada masyarakat luas, bersama dengan vaksin Pfizer-BioNTech.

Yin juga mengklaim bahwa perbedaan dalam data klinis vaksin itu normal sementara ada bukti yang berkembang bahwa vaksin itu berkinerja lebih baik bila diterapkan di dunia nyata, seperti dikutip dari Bloomberg.

Kemanjuran vaksin tidak aktif ditemukan di atas 83 persen setelah uji coba Fase tigq di Turki. sebuah studi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia menemukan baru-baru ini, vaksin ditemukan 98 persen efektif untuk mencegah kematian dan 96 persen efektif mencegah rawat inap di antara sekelompok staf medis Indonesia yang diinokulasi.  

Peneliti di Brasil sebelumnya mengatakan bahwa 50,4 persen efektif dalam mencegah infeksi simptomatik. Temuan para ahli Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan CoronaVac berkhasiat dalam mencegah Covid-19 pada orang dewasa di bawah 60 tahun, tetapi beberapa data berkualitas tentang risiko efek samping yang serius masih kurang, demikian temuan para ahli Organisasi Kesehatan Dunia.

Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh sebuah universitas Turki menemukan bahwa vaksin itu lebih efektif jika diberikan dalam dua dosis, praktik yang sekarang dilakukan di Turki.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement