REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Larangan mudik karena pandemi mengakibatkan kondisi ekonomi sebagian masyarakat semakin terpuruk. Di Pasar Beringharjo, pasar yang sebelumnya selalu ramai kini terlihat sepi sampai tidak sedikit kios-kios yang terpaksa tutup.
Pedagang bukan satu-satunya yang merasakan dampak menurunnya kuantitas pengunjung. Sekitar 200 buruh gendong atau kuli panggul juga merasakan dampak serupa, padahal sebelum pandemi mereka bisa mendapatkan penghasilan sampai Rp 50 ribu per hari.
"Sekarang mencari 1-2 pedagang atau pengunjung yang mau menggunakan jasa gendongan sudah makin sulit," kata salah satu buruh gendong, Ponirah (63), Rabu (12/5).
Akibatnya, buruh gendong di pasar Beringharjo ini harus rela pulang dan pergi dari Kulonprogo menuju Yogyakarta, yang kadang tanpa membawa uang sama sekali. Maka, tim ACT DIY menggelar distribusi bantuan paket pangan Lebaran ke buruh gendong.
Bantuan paket pangan diberikan kepada 215 buruh gendong, bekerja sama Yayasan Annisa Swasti (Yasanti) dan Polresta Yogyakarta. Dengan penuh antusias, mereka mengantre untuk menukarkan kupon dengan paket Lebaran yang telah disediakan.
Danang dari Tim ACT DIY menuturkan, bantuan paket pangan Lebaran untuk buruh-buruh gendong ini merupakan wujud kepedulian bersama. Terutama, untuk dapat senantiasa mengangkat kehidupan masyarakat prasejahtera, termasuk yang terdampak pandemi.
"Buruh gendong termasuk yang sangat terdampak karena pasar semakin sepi, selain itu kita akan distribusi bantuan untuk pekerja transportasi seperti supir, kernet danhingga porter yang terdampak kebijakan larangan mudik akibat pandemi," ujar Danang.