REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV — Militer Israel baru saja merilis laporan terkini dalam operasi kompleks yang menargetkan militan Hamas melalui serangan udara di Gaza dan Khan Younis. Dalam pernyataanya, mereka mengeklaim serangan itu tepat sasaran dan mengenai bagian penting dari kelompok Hamas yang dekat dengan kepala sayap militer kelompok tersebut.
Hingga kini, Hamas masih belum memberikan komentar. Namun demikian, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel berencana menggunakan tangan besi jika diperlukan untuk menghentikan protes yang meluas oleh warga Arab yang mengakibatkan cedera, penangkapan, dan kerusakan properti.
Mengutip The Week pada Kamis (13/4), Netanyahu mengatakan Israel baru akan menghentikan anarki setelah mengerahkan pasukan Polisi Perbatasan untuk menenangkan kerusuhan dalam beberapa hari terakhir. Kerusuhan yang memuncak terjadi setelah kekerasan beberapa pekan terjadi di Yerusalem, selain dari pertempuran sengit antara Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir.
Dalam serangan yang dilakukan, Israel mengeklaim telah menewaskan 10 tokoh militer senior Hamas dan menjatuhkan sepasang menara bertingkat tinggi yang menampung fasilitas Hamas dalam serangkaian serangan udara.
Sebelumnya, Hamas mengakui seorang komandan tertinggi dan beberapa anggota lainnya tewas. Sebanyak tujuh orang tewas di Israel, termasuk empat orang yang tewas pada Rabu kemarin. Di antara mereka adalah seorang tentara yang terbunuh oleh rudal anti-tank dan seorang anak berusia enam tahun yang terkena serangan roket.
Kementerian kesehatan Gaza menyebut jumlah korban tewas meningkat menjadi 65 warga Palestina. Jumlah baru itu termasuk 16 anak-anak dan lima wanita. Saluran televisi Israel 12 melaporkan pada Rabu malam bahwa Kabinet Keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengizinkan perluasan ofensif.