Jumat 14 May 2021 16:14 WIB

Reaksi Vaksin Ini Tunjukkan Pernah Terinfeksi Covid-19

Satu reaksi vaksin secara khusus dapat menunjukkan seseorang pernah terkena Covid-19.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Satu reaksi vaksin secara khusus dapat menunjukkan seseorang pernah terkena Covid-19.
Foto: AP/Alberto Pezzali
Satu reaksi vaksin secara khusus dapat menunjukkan seseorang pernah terkena Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama setahun terakhir, kita melihat betapa berbahayanya Covid-19 terhadap pasien yang tertular. Sementara beberapa mengalami gejalan melemahkan, yang lainnya tidak memiliki gejala sama sekali. Faktanya, ada kemungkinan Anda bisa saja tertular virus corona dan masih belum mengetahuinya.

Namun, ada beberapa kesamaan yang terlihat pada semua pasien yang sembuh dari Covid-19, baik yang bergejala maupun asimtomatik. Faktanya, penelitian baru menemukan bahwa satu reaksi vaksi secara khusus dapat menunjukkan seseorang pernah terkena Covid-19.

Baca Juga

Dilansir Best Life pada Kamis (13/5), peneliti dari Scripps Research Translational Institute di California melaporkan tanggapan fisiologis terhadap vaksin Covid-19. Laporan itu merupakan versi awal studi mereka. Para peneliti mengumpulkan data dari lebih dari 4.000 orang Amerika menggunakan aplikasi berbasis smartphone yang melaporkan aktivitas fisiologis dari jam tangan pintar. Mereka menemukan bahwa beberapa orang mengalami peningkatan detak jantung sebagai reaksi terhadap vaksin.

Menurut penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa detak jantung istirahat pada beberapa orang meningkat hingga 1,5 denyut per menit (BPM) tambahan, setelah menerima dosis vaksin Pfizer atau Moderna. Para peneliti menemukan bahwa mereka yang sebelumnya terinfeksi Covid-19 memiliki detak jantung yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak terinfeksi. Namun, itu hanya kasus untuk dosis pertama.

Menurut penelitian, orang yang pernah terinfeksi mengalami peningkatan detak jantung lebih dari 1,5 BPM setelah pemberian dosis pertama antara hari pertama dan kelima setelah vaksinasi. Namun, mereka yang sebelumnya tidak terinfeksi hanya mengalami peningkatan kurang dari 0,5 BPM dalam rentang waktu yang sama setelah pemberian dosis pertama.

Untuk dosis kedua, mereka yang sebelumnya terinfeksi dan mereka yang tidak memiliki Covid-19 mengalami peningkatan lebih dari 1,5 BPM, antara hari pertama dan kelima setelah vaksinasi. "Kami mengidentifikasi peningkatan cepat dalam detak jantung sehari setelah vaksinasi, dan yang lebih kuat setelah dosis kedua, kecuali peserta memiliki infeksi Covid-19 sebelumnya," kata para peneliti dalam penelitian tersebut.

Sementara respons vaksin itu dilaporkan pada peserta yang menerima vaksin Pfizer dan Moderna, para peneliti menemukan perubahan denyut jantung yang lebih signifikan pada mereka yang mendapat Moderna setelah kedua dosis. Menurut penelitian, peserta Moderna mengalami peningkatan detak jantung lebih dari 0,5 BPM setelah dosis pertama, sedangkan penerima Pfizer mengalami peningkatan kurang dari 0,5 BPM.

Untuk dosis kedua, peningkatan keduanya lebih tinggi, tetapi peserta Moderna mengalami peningkatan rata-rata lebih dari 2 BPM, sementara peserta Pfizer mengalami peningkatan rata-rata lebih dari 1 BPM. Menurut penelitian, kebanyakan orang yang divaksinasi dengan Moderna dan Pfizer mengalami peningkatan detak jantung istirahat mereka dalam dua hari setelah vaksinasi, dengan 70 persen mengalaminya setelah dosis pertama dan 76 persen mengalaminya setelah yang kedua.

Para peneliti menemukan bahwa perubahan detak jantung istirahat memuncak pada hari kedua setelah vaksinasi, tetapi masih berlangsung beberapa hari setelah itu. Untuk dosis pertama, detak jantung peserta tidak kembali normal sampai hari keempat setelah mereka menerima suntikan. Untuk dosis vaksin kedua, detak jantung mereka tidak kembali normal sampai hari keenam setelah disuntik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement