REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pertarungan atas lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem, bentrokan di dalam dan sekitar Masjid Al-Aqsa antara jamaah Muslim dan polisi Israel, dan saling tembak dengan roket, penembakan dan serangan udara antara Hamas dan angkatan pertahanan Israel dapat berubah menjadi perang saudara antara Yahudi Israel dan warga Palestina di Israel. Inilah yang dikhawatirkan para ahli.
Warga Palestina, yang tinggal di kota-kota campuran Arab dan Yahudi seperti Lydda, Ramleh, Bat Yam, Haifa dan Yaffo, telah berulang kali diserang dalam beberapa hari terakhir. Sebagian besar serangan dimotivasi oleh rasialisme.
Dilansir dari laman Arab News, Jumat (14/5), massa Yahudi sayap kanan yang meneriakkan "matikan orang Arab" telah memukuli individu, merusak rumah, dan menargetkan toko milik orang Arab yang merupakan 20 persen dari warga Israel. Wadie Abu Nassar, seorang konsul kehormatan Spanyol yang berbasis di Haifa dan seorang analis politik mengatakan, putrinya, mobil dan rumah mereka di Haifa menjadi sasaran massa anti-Arab Yahudi.
Berbicara kepada sebuah stasiun radio lokal, Abu Nassar mengatakan putrinya terkejut dengan apa yang terjadi. "Sementara putri saya menderita beberapa luka fisik, luka yang jauh lebih dalam adalah luka emosional yang disebabkan oleh rasialisme ini, yang telah disembunyikan selama bertahun-tahun,” katanya.
Abu Nassar, penasihat uskup Katolik di Israel, Palestina dan Yordania menambahkan apa yang terjadi benar-benar menyingkapkan sesuatu. “Saya sangat percaya pada non-kekerasan, tetapi jelas publik Israel sekarang melihat kedalaman rasialisme, dan itu terjadi hanya karena fakta mereka dipaksa berurusan dengan sesuatu yang telah dihadapi orang-orang Palestina selama bertahun-tahun,” katanya.