Jumat 14 May 2021 15:12 WIB

Pedagang Emas Kebayoran Lama Sebut Omzet Anjlok 60 Persen

Pedagang emas mengaku lebih banyak yang menjual daripada membeli selama pandemi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pedagang melayani pembeli emas perhiasan. Ilustrasi
Foto: Antara/Makna Zaezar
Pedagang melayani pembeli emas perhiasan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak pandemi masih terasa di sektor perekonomian masyarakat. Jika disebut-sebut penjualan emas sempat meroket, hal tersebut diakui berbeda oleh sejumlah pedagang emas di Kebayoran Lama dan Melawai Blok M.

Riki (35) pemilik ketiga dari Toko Emas Samudra, Kebayoran Lama mengaku penjualan perhiasan emas sudah anjlok sejak pandemi Covid-19 melanda. Riki mengaku omzetnya turun hingga 60 persen. Bahkan di tahun pertama pandemi melanda, omzet penjualan emas turun sampai 80 persen.

"Transaksi emas katanya naik ya, saya baca-baca juga. Kayaknya enggak sih di kita. Yang jual lebih banyak daripada yang beli," ujar Riki kepada Republika, Jumat (14/5).

Riki menjelaskan apalagi untuk jenis perhiasaan seperti kalung, gelang dan cicin tak banyak masyarakat yang membeli. Ia mengatakan budayanya sebelum pandemi memang banyak warga yang membeli perhiasan jelang lebaran. Kali ini tidak, kata dia malah banyak masyarakat yang mencari perhiasan yang lebih murah.

"Biasanya kan pada nyari yang emas muda. Sekrang pada nyari emas tua, biar harganya lebih murah," ujar Riki.

Ia tidak merinci berapa nominal omzet yang berhasil ia kantongi di masa pandemi ini. Hanya saja, kata Riki tak jarang dirinya malah mengambil margin tipis ketika ada masyarakat yang menjual perhiasannya.

"Ya kalau kita ngomong investasi, kan kita gak tau ya ini kapan pulihnya. Jadi, memang kalau jual, kita gak bisa kasih harga seperti patokan harga emas sekarang. Saya juga nanti susah jualnya lagi," ungkap Riki.

Kondisi yang sama juga terjadi di jajaran toko emas di kawasan Melawai, Blok M. Tjung Ohn (60) mengaku penjualan emas di tokonya juga tidak mengalami peningkatan di tahun kedua pandemi ini. Ia mengaku, tak  sedikit pula toko toko emas di seputaran Melawai lebih memilih menutup tokonya. "Pandemi nih bikin ancur sebenernya," keluh Tjung Ohn.

Ia mengatakan penjualan merosot tajam sampai 50 persen dibandingkan sebelum pandemi. Ia mengaku bahkan membatasi jumlah pembelian emas. "Kita gak terima deh kalau ada yang jual perhiasan apalagi yang emas tua. Susah jualnya lagi kondisi begini," tambah Tjung.

Tjung juga mengakui fenomena tabung emas di beberapa market place dan pegadaian jadi cara tersendiri masyarakat dalam menjual beli emas. "Apalagi sekarang beli emas bisa lewat handphone ya. Jadi ya kalau ngomong penjualan retail begini ya gak sebagus dibayangkan," tambah Tjung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement