Jumat 14 May 2021 19:26 WIB

Teladan Nabi, Membalas Kejahatan dengan Kebaikan

Nabi SAW menjenguk wanita yang biasa menjahatinya setiap kali berpapasan.

Red: Hasanul Rizqa
Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW dalam mendakwahkan Islam sering menerima berbagai penentangan. Bagaimanapun, tidak sekalipun kejahatan yang ditujukan kepadanya dibalas pula dengan kejahatan. Pada akhirnya, akhlak Rasulullah SAW menyentuh hati para pembencinya sesudah mereka menerima hidayah Allah.

Dikisahkan, setiap kali melintas di depan rumah seorang wanita tua, Nabi Muhammad SAW selalu diludahi oleh si pemilik rumah tersebut. Saat menerima perlakuan tak pantas itu, tidak pernah beliau mengeluarkan kata-kata kasar, apalagi memaki. Yang dilakukannya hanya tersenyum, lalu kembali berjalan.

Baca Juga

Namun, pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW melewati rumah wanita tua itu, tidak dijumpainya gangguan seperti biasa. Karena penasaran, beliau pun bertanya kepada seseorang tentang wanita tua itu. Justru orang yang ditanya itu merasa heran, mengapa beliau menanyakan kabar tentang wanita tua yang telah berlaku buruk kepadanya.

Setelah itu Nabi SAW mendapatkan jawaban bahwa wanita tua yang biasa meludahinya itu ternyata sedang jatuh sakit. Bukannya bergembira, justru beliau memutuskan untuk menjenguknya. Wanita tua itu tidak menyangka jika Nabi mau menjenguknya.

Ketika wanita tua itu sadar bahwa manusia yang menjenguknya adalah orang yang selalu diludahinya setiap kali melewati depan rumahnya, ia pun menangis di dalam hatinya, "Duhai betapa luhur budi manusia ini. Kendati tiap hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjengukku."

Dengan menitikkan air mata haru dan bahagia, wanita tua itu lantas bertanya, "Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?" Nabi SAW menjawab, "Aku yakin engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau telah mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan melakukannya."

Mendengar jawaban bijak dari Nabi, wanita tua itu pun menangis dalam hati. Dadanya sesak, tenggorokannya terasa tersekat. Lalu, dengan penuh kesadaran, ia berkata, "Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu." Lantas wanita tua itu mengikrarkan dua kalimat syahadat, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Demikianlah salah satu kisah teladan kesabaran Nabi Muhammad SAW yang sungguh menakjubkan dan sarat akan nilai keteladanan. Nabi SAW tidak pernah membalas keburukan orang yang menyakitinya dengan keburukan lagi, tetapi Nabi justru memaafkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement