REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Pelaku usaha dan wisata di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, mengeluhkan sepinya kunjungan wisatawan selama libur Lebaran tahun ini. Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Sumatra Barat, Rinaldi mengatakan Bukittinggi sebagai kota wisata harus menutup objek wisata sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk menekan meningkatnya keramaian selama libur Lebaran sebagai antisipasi penyebaran wabah Covid-19.
"Penutupan objek wisata akibat wabah pandemi ini mengakibatkan Bukittinggi sepi, kami para pelaku ekonomi wisata sangat terdampak," katanya, Jumat (14/5). Dia berharap adanya kebijakan baru untuk membuka objek wisata di Bukittinggi dengan aturan dan protokol ketat sehingga roda perekonomian warga tetap berjalan.
"Sebaiknya agar objek wisata tetap buka dengan prokes (protokol kesehatan) yang ketat sehingga pada Lebaran Idul Fitri ini Kota Bukittinggi tetap ramai didatangi pengunjung," kata dia.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh pelaku wisata lainnya yang berprofesi sebagai kusir Bendi Wisata Bukittinggi. "Hari ini bahkan saya tidak mendapatkan penyewa Bendi di lokasi Pasa Ateh dan Jam Gadang," kata pelaku wisata Panduko.
Menurutnya, dengan pelarangan memasuki lokasi Jam Gadang dan tutupnya objek wisata di Bukittinggi menjadi alasan utama sepinya wisatawan yang datang. Sepinya pengunjung di Bukittinggi nyaris sama dengan keadaan di 2020 dikarenakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).
"Tetapi di 2020, kunjungan wisatawan lebih sedikit dari saat ini karena PSBB," kata dia.
Bendi Wisata di Bukittinggi menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Bukittinggi. Tarif Bendi Wisata di Pasa Ateh Bukittinggi saat ini adalah Rp 100 ribu untuk satu kali keliling pusat Kota Bukittinggi.
Dari pantauan di lapangan, di hari kedua Lebaran tahun ini, hampir setengah dari pedagang di pusat Kota Bukittinggi sudah mulai membuka usahanya. Lokasi yang terlihat mulai dikunjungi warga adalah di Pasa Ateh dan Lapangan Kantin serta Jalan Sudirman.