Sabtu 15 May 2021 06:04 WIB

WHO Desak Negara Kaya Sumbang Vaksin

Negara kaya sudah melampaui vaksinasi untuk kelompok prioritas.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksinator mempersiapkan vaksin Covid-19 sebelum diberikan kepada warga (ilustrasi).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Vaksinator mempersiapkan vaksin Covid-19 sebelum diberikan kepada warga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara kaya untuk mempertimbangkan kembali rencana memvaksinasi anak-anak, Jumat (14/5). Ketimbang melakukan itu,  sebagai gantinya dapat menyumbangkan suntikan Covid-19 ke skema COVAX yang dibagikan kepada negara-negara miskin.

“Saya mengerti mengapa beberapa negara ingin memvaksinasi anak-anak dan remaja, tetapi sekarang saya mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali dan sebagai gantinya menyumbangkan vaksin ke #COVAX,” ujar kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada pertemuan virtual di Jenewa.

Baca Juga

WHO berharap lebih banyak negara akan mengikuti Prancis dan Swedia dalam menyumbangkan suntikan untuk COVAX setelah menyuntikkan populasi prioritas. Dorongan ini untuk membantu mengatasi jurang dalam tingkat vaksinasi yang ada saat ini.

Kanada dan Amerika Serikat (AS) adalah beberapa negara yang telah mengesahkan vaksin untuk digunakan pada remaja dalam beberapa minggu terakhir. Namun, seorang pejabat WHO mengatakan pembicaraan dengan Washington tentang berbagi dosis sedang dilakukan.

COVAX telah mengirimkan sekitar 60 juta dosis sejauh ini. Inisiatif ini telah berjuang untuk memenuhi target pasokan karena pembatasan ekspor India pada vaksin AstraZeneca usai epidemi yang terus meningkat. Sejauh ini, sekitar 1,26 miliar dosis vaksin Covid-19 telah diberikan secara global.

Tedros juga mengatakan tahun kedua pandemi ditetapkan menjadi lebih mematikan daripada tahun pertama, dengan India menjadi perhatian besar. Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyuarakan kewaspadaan atas penyebaran cepat virus corona melalui pedesaan yang luas di India.

Negara itu melaporkan penghitungan infeksi resmi melampaui 24 juta dan lebih dari 4.000 orang meninggal untuk hari ketiga berturut-turut.

Lebih dari 160,71 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus corona secara global dan hampir 3,5 juta orang telah meninggal. Infeksi telah dilaporkan di lebih dari 210 negara dan wilayah sejak kasus pertama diidentifikasi di Cina pada Desember 2019.

Pejabat WHO mendesak agar berhati-hati dalam tindakan pelonggaran yang bisa mengandung penularan, seperti pemakaian masker. Badan ini pun memperingatkan bahwa lebih banyak varian pasti akan terdeteksi.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement