REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH - Somal Ratanak, seorang pria asal Kamboja yang tinggal di Ibu Kota Phnom Penh telah menghabiskan seluruh gajinya sesaat setelah aturan karantina wilayah (lockdown) diberlakukan pada 12 April lalu. Ia tidak dapat meninggalkan rumahnya, termasuk untuk pergi bekerja sebagai kasir, profesi yang dijalaninya selama ini.
Saat itu, lingkungan tempat tinggalnya di Phnom Penh dinyatakan sebagai zona merah akibat angka kasus infeksi Covid-19 yang tinggi. Somal mengungkapkan bagaimana dirinya berjuang memikirkan makanan sehari-hari yang bisa ia dapatkan.
Awal bulan ini, Somal mendapatkan paket bantuan dari pemerintah berupa beras, mi, kecap, dan ikan kalene (sarden). Namun, pemberian ini tidak rutin, membuat ia merasa tidak dapat terus mengandalkannya.
Dilansir BBC, tak hanya Somal, aturan lockdown yang lebih ketat di Kamboja dengan tujuan mengendalikan wabah Covid-19 pada akhir Februari telah menyebabkan puluhan ribu orang terperangkap di rumah mereka. Masalah kerawanan pangan kemudian menjadi satu hal nyata.
Meski Kamboja sempat dipuji karena memberlakukan aturan pembatasan yang ketat dan jumlah kasus Covid-19 yang relatif rendah pada 2020, saat ini kondisi di negara itu tidak demikian. Ada sekitar 400 kasus terbaru setiap harinya dan secara keseluruhan tercatat ada 20.000 kasus dan 131 kematian.
Banyak rumah sakit di Kamboja yang mengalami kelebihan kapasitas. Kondisi ini memaksa pihak berwenang untuk membuat rumah sakit sementara di stadion dan pusat perawatan lainnya. Beberapa orang yang membutuhkan perhatian medis juga diminta untuk melakukan karantina di rumah.
Sebagai cara untuk menahan penyebaran, pemerintah telah memberlakukan pembatasan mobilitas yang semakin ketat seperti penguncian distrik dan zonasi berkode warna.