Senin 17 May 2021 07:12 WIB

Ketika Mudik Dilarang tapi Tempat Wisata Dipenuhi Masyarakat

Airlangga mengatakan, tempat wisata Lebaran yang dibuka hanya di zona aman.

Red: Indira Rezkisari
Anggota Polisi membubarkan kerumunan para pengunjung yang sedang berwisata untuk mencegah penularan COVID-19 di Pantai Pasir Putih, di Anyer, Serang, Banten, Ahad (16/5/2021). Guna mencegah penyebaran COVID-19 saat liburan pasca Lebaran Gubernur Banten memerintahkan para Bupati dan Wali Kota untuk menutup semua tempat wisata di Banten hingga tanggal 30 Mei 2021.
Foto:

Masih ditemukannya kerumunan massa dari tempat libur Lebaran dan fakta bahwa banyak masyarakat tidak patuh aturan larangan mudik diyakini akan meningkatkan kasus Covid-19. Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, memprediksi kasus Covid-19 di Indonesia akan meningkat drastis usai libur Lebaran.

Meski naik, pemerintah Indonesia juga diprediksi tidak akan bisa mengungkap lonjakan kasus Covid-19 karena kemampuan pengetesan dan pelacakan yang masih kurang. Dicky mengatakan, potensi ledakan kasus Covid-19 usai Lebaran 2021 tidak perlu ditanyakan karena sudah jadi hukum biologi.

"Saya memperkirakan sebulan setelah sekarang ada lonjakan kasus dan jumlahnya bisa dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Tapi saya jamin tidak terlihat dalam laporan kasus harian kita, kenapa? Karena testing dan tracing Indonesia minim," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (16/5).

Artinya, dia melanjutkan, kasus Covid-19 di bawah permukaan berjumlah lebih banyak. Ia menjelaskan, saat ini lebih banyak klaster yang tidak bisa diidentifikasi karena lebih banyak orang yang membawa virus ini. Apalagi, ia menilai pergerakan orang yang jauh lebih banyak yang ikut memperburuk situasi saat ini dibandingkan tahun lalu. Persoalan semakin ditambah dengan adanya ancaman varian baru virus seperti dari India yang lebih cepat menular.

"Jadi, mengenai ledakan kasus jangan ditanya lagi. Tunggu hanya beberapa bulan lagi, contohnya seperti di India," katanya.

Ia menilai pemerintah saat memutuskan aktivitas terkait mudik tampaknya tidak belajar dari pengalaman ledakan kasus Covid-19 usai Lebaran tahun lalu. Menurutnya, libur Idul Fitri 2020 punya dampak signifikan dalam kenaikan kasus harian Covid-19 sampai 93 persen. Kemudian, dia melanjutkan, kematian mingguan meningkat sampai 66 persen.

Nantinya, dia menambahkan, kelompok yang sadar kesehatan bisa membawa keluarganya berobat ke rumah sakit. Kemudian, yang menjadi permasalahan adalah kelompok yang paling rentan, baik lanjut usia (lansia) atau memiliki penyakit penyerta (komorbid) yang semakin terekspos virus ini.

Jika lonjakan kasus setelah Lebaran benar-benar terjadi, Dicky mengaku iba dengan tenaga kesehatan yang tidak mampu menghadapi orang yang terinfeksi virus yang berobat sebanyak itu. Tak hanya tenaga kesehatan yang kewalahan, ia menilai nantinya yang mengalami masalah adalah masyarakat yang ada di rumah.

Menurutnya, ledakan kasus ini kemungkinan akan mengobati diri dengan cara isolasi rumah. Ia mengutip hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 lalu bahwa sebanyak 80 persen penduduk Indonesua mengobati dirinya sendiri di rumah. "Jadi, kalau mengalami fatalitas Covid-19 kemudian meninggal dunia, ya di rumah," katanya.

Untuk mengatasi masalah ini, ia meminta pemerintah melakukan mitigasi ledakan kasus Covid-19 supaya tak jadi tsunami. Ia menyebutkan ada delapan strategi yang harus dilakukan. Pertama, respons cepat, kuat, dan terukur. Artinya setiap level pemerintahan dan sektor bersiap menghadapi skenario terburuk. Kedua, dia melanjutkan, strategi komunikasi risiko dibangun dan dijaga kualitasnya untuk membangun persepsi risiko yang sama semua pihak.

"Strategi ketiga adalah penguatan surveilans, fasilitas kesehatan, komunitas, dan genom," katanya.

Strategi keempat, dia melanjutkan, adalah program deteksi kasus secara aktif di masyarakat. Kelima adalah penguatan sistem rujujan, layanan fasilitas kesehatan, ketersediaan alat kesehatan dan sumber daya manusia. Strategi keenam adalah akselerasi vaksinasi terhadap kelompok lansia dan komorbid.

Strategi ketujuh, dia melanjutkan, literasi kenormalan baru yang mendukung protokol kesehatan 5M dengan pemberdayaan publik. Strategi terakhir, dia melanjutkan, penyiapan opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jawa-Bali dan luar Jawa terpilih.

Pemerintah akan melakukan beberapa upaya untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus Covid-19. Di antaranya adalah dengan menerapkan mikrolockdown di level RT hingga kelurahan/desa.

"Ada mikrolockdown di level RT/RW/lurah/desa  dengan karantina selama lima hari saat pemudik kembali. Ini diawasi posko tangguh," ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Republika, Ahad (16/5).

Upaya kedua, dia melanjutkan, yaitu dengan melakukan penguatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro, termasuk penguatan tes dan pelacakan. Sementara itu, ia menyebutkan upaya ketiga yaitu penyiapan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan kasus. Ini termasuk memastikan ketersediaan tempat tidur, obat, oksigen, ventilator.

Upaya terakhir, dia melanjutkan, memastikan Satgas Covid-19 mengambil langkah untuk penegakan aturan prokes. Untuk melaksanakan upaya tersebut, dia melanjutkan, dibutuhkan dukungan semua pihak, termasuk dengan Satgas Covid-19.

photo
Larangan mudik Lebaran. - (Republika)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement