REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengamat Timur Tengah dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Siti Mutiah Setiawati, menilai para pemimpin negara-negara anggota Liga Arab kecil kemungkinan membantu Palestina menghadapi agresi Israel. Hal itu mengingat konflik internal di masing-masing negara anggota Liga Arab yang belum usai.
"Kalau bangsa Palestina terkesan diabaikan negara-negara Liga Arab karena mereka sendiri punya masalah masing-masing," kata Siti Mutiah saat dihubungi di Yogyakarta, Senin (18/5).
Menurutnya, hingga saat ini tidak sedikit negara-negara Liga Arab yang masih bersitegang dengan sesama anggota. Beberapa negara bahkan masih bermasalah dengan rakyatnya sendiri dan sejumlah negara lainnya justru bersekutu dengan Israel.
Mutiah mencontohkan, Arab Saudi hingga kini masih belum mengakhiri konflik dengan Yaman dan berselisih pula dengan Qatar. Demikian juga dengan Suriah yang sampai saat ini masih terjadi krisis antara pemimpin dan rakyatnya.
"Uni Emirat Arab dan Bahrain malah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi, memang mereka sudah terpecah," ujarnya.
Melihat peta situasi politik dan keamanan di Liga Arab, Mutiah pesimistis negara-negara organisasi itu akan meluangkan tenaga untuk membantu Palestina. "Mana bisa organisasi yang bermasalah menyelesaikan masalah," ucapnya.