REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Serangan roket yang diluncurkan pejuang Hamas dari Jalur Gaza, Palestina, dilaporkan telah menghantam kawasan Asdod dan Bersyeba di Israel. Sejak akhir pekan lalu, tercatat hingga 300 proyektil dikirim ke wilayah negara itu.
Dilansir Jerusalem Post, Selasa (18/5), dalam rentetan roket yang diluncurkan ke Israel, tujuh di antaranya diarahkan ke Sderot pada Senin (17/5). Lebih dari 250 roket ditembakkan antara pukul 7.00 pagi hingga 19.00 malam waktu setempat.
Sistem pertahanan udara Israel, yang dikenal sebagai Iron Dome, dilaporkan berhasil mencegat sejumlah besar roket dan disebut memiliki tingkat keberhasilan hingga 90 persen. Tidak ada korban luka dalam serangan roket karena hantaman langsung yang diluncurkan ke Israel. Namun, ada beberapa yang terluka saat barları ke tempat penampungan dan seorang tentara mengalami luka ringan.
Sementara, serangan udara Israel di Jalur Gaza telah membuat 181 orang harus kehilangan nyawa sejak ketegangan berlanjut dalam satu pekan terakhir. Termasuk di antara para korban adalah 52 anak dan 31 perempuan, sementara 1.200 lainnya mengalami luka-luka.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menangkis kritik atas serangan di Jalur Gaza. Ia menyebut, serangan roket yang diluncurkan ke negaranya, seperti di Ashkelon, juga membuat kerusakan parah. Roket juga mendarat di dekat sebuah supermarket di Bersyeba.
Pecahnya kekerasan terbaru antara Israel dan Palestina, dimulai di Yerusalem Timur pada bulan lalu. Saat itu, warga Palestina bentrok dengan polisi Israel sebagai tanggapan atas ancaman penggusuran puluhan keluarga Palestina oleh pemukim Yahudi.
Situasi semakin memburuk saat polisi Israel menyerbu Masjid Al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem, yang merupakan situs suci ketiga bagi umat Islam. Ratusan jamaah yang kebanyakan adalah warga Palestina terluka dalam kejadian ini.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengisyaratkan bahwa perang dengan Hamas di Jalur Gaza akan terus berlanjut. Dalam pidato yang disiarkan televisi, ia mengatakan serangan dengan kekuatan penuh akan dikerahkan dan mungkin memakan waktu, sebagai apa yang disebut olehnya bahwa Israel ingin ‘memungut harga yang mahal’ dari Hamas.