Selasa 18 May 2021 13:06 WIB

Pasokan Beras Cukup, Bulog tak Impor Hingga Akhir Tahun 

Bulog punya stok beras yang sudah mendekati 1,5 juta ton untuk bulan ini.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Budi menyatakan, kemungkinan besar impor beras hingga akhir tahun tidak akan dilakukan karena pasokan cukup.
Foto: Prayogi/Republika.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. Budi menyatakan, kemungkinan besar impor beras hingga akhir tahun tidak akan dilakukan karena pasokan cukup.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) menyatakan, kemungkinan besar impor beras hingga akhir tahun tidak akan dilakukan. Pasalnya, pasokan beras yang tersedia cukup besar dan berada pada batas aman yang ditetapkan pemerintah.

"Bulog punya stok beras yang sudah mendekati 1,5 juta ton untuk bulan ini. Kita masih mungkin serap sampai Juni dan akan tetap bertambah," kata Buwas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV, Selasa (18/5).

Baca Juga

Sebagai catatan, pemerintah meminta Bulog untuk menjaga ketersediaan beras di gudang sebesar 1-1,5 juta ton setiap bulan. Buwas menambahkan, pada Agustus-September mendatang, musim panen gadu akan kembali masuk sehingga Bulog masih dapat melakukan penyerapan gabah maupun beras.

Hingga 17 Mei 2021, total stok beras di gudang Bulog mencapai 1,39 juta ton. Volume tersebut terdiri dari cadangan beras pemerintah (CBP) sebesar 1,37 juta ton serta beras komersial 17,3 ribu ton.

"Kita bisa jamin sampai akhir tahun ini kemungkinan Bulog tidak akan impor karena kebutuhan CBP sudah terpenuhi," kata Buwas.

Ia menyatakan, Bulog berkomitmen untuk tetap menjaga ketahanan pangan dalam negeri. Oleh karena itu, pihaknya membutuhkan dukungan terutama dalam hal pengadaan dan penyaluran CBP yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Pasalnya, hal itu juga menyangkut arus keluar masuk beras di gudang Bulog. Semakin lancar penyaluran beras yang dilakukan maka semakin besar ruang bagi Bulog untuk menyerap kembali beras-beras dari petani.

Sebelumnya wacana impor beras sebanyak 1 juta ton mencuat ke publik pada bulan Maret lalu. Namun, Presiden Joko Widodo menegaskan tidak akan mengimpor beras karena masih dalam masa panen hingga Juni 2020.

Saat itu, Buwas mengatakan, tentunya kebijakan perberasan akan kembali dievaluasi pada Juni untuk kembali melihat situasi ketahanan beras. Namun, melihat perkembangan pasokan hingga saat ini, Bulog menilai impor beras tidak perlu dilakukan karena kebutuhan sudah terpenuhi oleh produksi petani dalam negeri. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement