REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada umumnya diet dilakukan banyak orang untuk mencapai berat badan ideal. Namun, bagi sebagian orang, diet dilakukan untuk menjaga organ dalam tubuh tetap sehat dan terjaga baik.
Hal serupa juga dilakukan oleh para penganut diet mediterania, tidak hanya mendapatkan bobot tubuh ideal namun juga kondisi jantung dan otak yang sehat. Pola makan mediterania ini sebetulnya sangat mudah, murah dan sederhana karena pada dasarnya para penganut diet ini hanya mengonsumsi panganan nabati.
Sebagian besar makanan difokuskan pada buah-buahan dan sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan dan biji-bijian. Lemak selain minyak zaitun, seperti mentega, jarang dikonsumsi. Sesekali boleh mengonsumsi daging unggas, telur dan produk susu serta turunannya seperti yoghurt dan keju, namun dibatasi jumlahnya.
Dilihat sekilas, pola makan ini tampak seperti pola makan orang kebanyakan. Namun ada beberapa jenis bahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi yaitu daging merah dan seluruh makanan olahan termasuk gula olahan, tepung rafinasi (mie, pasta serta roti) dan minyak sayur.
Ahli diet di Klinik Cleveland Kristin Kirkpatrick mengatakan kepada MedicalNewsToday, dilansir Selasa (18/5), bahwa pola makan mediterania banyak berkontribusi pada meningkatnya asam lemak omega-3, polifenol, mineral spesifik, serat, dan protein yang dapat mendukung kesehatan dan perlindungan otak selama bertahun-tahun.
"Tapi yang harus diingat, adalah jumlah panganan yang dikonsumsi. Makanlah dengan porsi yang masuk akal dan tidak berlebihan atau terlalu sedikit, bila Anda ingin pola makan ini menunjukkan manfaat pada tubuh," kata Kirkpatrick.
Mengingat pola makan ini tinggi akan kandungan asam lemak omega 3 yang memberikan banyak perlindungan otak, hal ini kemudian membuat sejumlah ilmuwan meneliti manfaat lain di balik diet mediterania. Dan terbukti, beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa pola makan mediterania dapat membantu mengurangi risiko demensia dan penurunan kognitif, selain bermanfaat bagi kesehatan jantung dan membantu menurunkan berat badan.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pola makan mediterania dapat membantu mencegah penumpukan dua protein dan penyusutan volume otak yang berhubungan dengan penyakit alzheimer termasuk demensia. "Dalam studi penting ini, para peneliti menunjukkan bahwa pola makan mediterania tidak hanya meningkatkan fungsi kognitif, terutama memori, tetapi juga mengurangi risiko patologi penyakit alzheimer termasuk demensia," kata dokter spesialis neurologi Richard Isaacson seperti dikutip laman CNNHealth, yang juga merupakan salah satu pimpinan di Klinik Pencegahan Alzheimer di Weill Cornell Medicine dan Rumah Sakit NewYork-Presbyterian.